ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI DAN PENELITIAN
BAB I
ISLAM SEBAGAI
SASARAN STUDI DAN PENELITIAN
A. Pendahuluan
Agama sebagai gejala sosial dan
budaya, Islam sebagai wahyu dan produk sejarah, studi Islam di berbagai
perguruan tinggi di dunia, refleksi untuk masa depan IAIN. Dalam pendahuluan
ini, dalam kajian penulis mempertanyakan “kenapa agama yang sudah besar bisa
atau mau diteliti?” “munkinkah kita meneliti agama, apalagi Islam oleh
orang-orang Islam?”.
Jawabannya, tentu bisa. Agama dapat dan
boleh diteliti, tergantung dari aspek mana gejala yang dijadikan sumber
penelitian.
B. Agama Sebagai Gejala
Budaya dan Gejala Sosial
Dalam
gejala budaya dan gejala social didasari oleh dua dasar ilmu, ilmu kealamaan
dan ilmu budaya. Yang mana ilmu kealaman meskipun secara harfiah, meliputi
fisika, kimia, biologi dan tujuannya mencari hukum alam dan sifatnya bisa berulang
untuk diteliti.
Contohnya
mungkin dalam perubahan kupu-kupu, kupu-kupu bertelur lalu menjadi ulat
kemudian kepompon lalu jadi kupu-kupu baru yang indah. Dalam metamorphosis
kupu-kupu tersebutlah gejala alam yang masih bisa dijadikan/diangkat jadi teori
lalu hukum, bahwa kupu-kupu mengalami keterulangan.
Sebaliknya dalam ilmu budaya
mempunyai sifat tidak berulang tetapi unik. Contoh kecilnya, budaya keraton
jogja, kasultanan solo, dan Cirebon. Dan dalam kedua hal ilmu tersebut terdapat
penelitiann tentang ilmu social diantara keduanya. Yang dalam praktiknya
mencoba memahami hal yang tidak berulang, tetapi dengan memahami cara
keterulangannya dengan hal itu bisa terulang lagi.
Dengan ilmu alam mengandung
unsur “positivisme” sesuatu bisa dikatakan dengan ilmu, jika dapat diamati
(observasi) dapat diukur (measurable) dapat dibuktikan (verifiable). Sedangkan
dalam ilmu budaya hanya bisa diamati ia tidak bisa diukur apalagi dibuktikan.
Lalu dalam ilmu sosial,
mengatakan bahwa ilmu ini lebih dekat pada ilmu alam, bisa dibuktikan, bisa
diamati bahkan bisa diukur, karena menurut fenomena sosial dapat berulang
terjadinya dan dapat dites kembali.
Dalam hal ini (ilmu sosial)
bisa diukur melalui pembelajaran statistik melalui perhitungan-perhitungan
statistic tentunya yang lebih cermat.
Dan apakah agama bisa diteliti
secara kualitatif dan kuantitatif dalam sosiologi Indonesia?
Jawabannya bisa, tergantung
dari gejala apa yang diteliti tapi perlu hati-hati, karena jika kita akan atau
mau mempelajari gejala alam perlu diperhatikan 5 gejala agama yaitu :
1. Scripture,
naskah atau sumber ajaran dan symbol agama.
2. Pengikut,
pemimpin dan pemuka yang meliputi sikap, perilaku dan penghayatan para
pengikutnya.
3. Ritus-ritus,
lembaga-lembaga dan ibadat-ibadat.
Seperti shalat, haji, puasa dsb.
4. Alat-alat
yang mendukung atau sarana dan prasarana seperti masjid, gereja, peci, lonceng dsb.
5. Organisasi
keagamaan, dimana tempat tersebut berkumpul dan berperan.
Dalam gejala social perilaku
pada ilmu sosiologi yang dasarnya harfiahnya sosiologi ialah ilmu yang
mempelajari hubungan timbale balik yang disini antara agama dan masyarakat.
Seiring waktu perkembangan yang
ada, sosiologi agama ini mulai berpengaruh terhadap tingkah laku masyarakat dan
pemikiran tentang keagamaan. Artinya, pergeseran perkembangan masyarakat dapat
mempengaruhi pemikiran teologi atau keagamaan. Dan dalam praktiknya, nyata,
ialah perkembangan masyarakat industri (kota) terhadap
pengaruh keagamaan. Contohnya, dalam upacara kematian dan penguburan jenazah
dalam Islam. Di kota ketika akan menguburkan jenazah menuju ketempat pemakaman,
wanita terkadang diijinkan atau sah saja mengikuti sampai makam. Sedangkan
kesenjangan di desa justru sebaliknya. Wanita masih tabu jika harus mengikuti jenazah
ke makan atau mengantar jenazah ke tempat makam. Kesenjangan agama di desa dan
di kota berpengaruh di sini.
Ini tergantung pandangan kita
mengenai suatu problem keagamaan yang banyak dipengaruhi oleh kepentingan
situasi dan keadaan tempat kita berada. Dalam studi interaksi ilmu ini, ilmu
social bisa dilihat dengan kacamata ilmu kealaman, karena hal itu selaras
sama-sama bisa diterapkan.
C. Islam Sebagai Wahyu dan
Produk Sejarah
1. Islam
sebagai Wahyu
Islam adalah wahyu yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bahagia dunia akhirat wahyu
disini dibagi menjadi dua, yang pertama Al-Qur’an dan yang kedua hadits.
Tujuan studi
(penelitian) Al-Qur’an adalah bukan mempertanyakan kebenaran sebagai wahyu tapi
lebih pada bagaimana membaca, macam jenis bacaan, artinya ayat tersebut terus
bagaimana ayat itu lahir.
Dalam hadits, Islam
diwahyukan juga dalam hadits tentang perilaku, perbuatan dan ucapan Nabi
Muhammad SAW persoalan dalam hadits tidak perlu dikemukakan banyaknya. Yang
sudah ada beribu-ribu hadits dikumpulkan dari yang pertama Al-Muwatha’.
Lalu kemudian Imam
Bukhari yang merawikan, disusul Imam Muslim dan lainnya lagi.
Dalam konteks nyatanya,
ilmu yang sudah baku dalam studi hadits adalah ilmu hadits riwayah dan dirayah
sama seperti Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat banyak hal yang membahas
tentang IPTEK, pendidikan, psikologi dan sebagainya di dalam hadits pun juga
terdapat yang demikian.
Contohnya:
“Idza waqa’a al-dzubabu
fi inai ahadikum falyaqmishu” (ketika sadar lalat terjatuh ke dalam bejanamu,
maka benamkanlah).
Sama seperti kajian
terhadap Al-Qur’an yang membutuhkan studi interdisipliener, dalam hadits pun
perlu dilakukan.
2. Islam sebagai produk sejarah dan sasaran penelitian.
Islam
itu ialah ilmu yang tak lepas dari produk sejarah. Produk sejarah di sini ialah
sesuatu yan telah menjadi pendukung atau sejarah yang lampau yang menjadikan
Islam bernilai.
Dimulai
dari “Khulafa AL-Rasyidin” sebagai produk sejarah lalu bangunan sejarah Islam
klasik, islam tengah dan modern. Paham muktazilah, juga merupakan produk sejarah, sejarah politik, ekonomi dan
social Islam di berbagai belahan dunia. Ilmu tentang tasawuf, akhlak, ushul fiqih,
kalam, seni dan baca tulis Al-Qur’an juga merupakan produk sejarah.
Komentar
Posting Komentar