PENERAPAN STRATEGI PAIKEM DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN ILMU TAJWID
PENERAPAN
STRATEGI PAIKEM
DALAM
PENINGKATAN PEMBELAJARAN
ILMU
TAJWID
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode
Penelitian
Dosen Pengampu DR. Sa’dullah Assaidi, M.
Ag.
Oleh :
Nama : Istianah
NIM : NR 228162
INSTITUT
ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (INISNU)
Jl.
Taman Siswa (Pekeng) No.9 Tahunan Jepara
PENERAPAN STRATEGI PAIKEM DALAM MENINGKATKAN
PEMBELAJARAN ILMU TAJWID
1. Latar Belakang
Dunia
pendidikan mempunyai tantangan yang sangat berat karena dituntut untuk dapat
melahirkan manusia-manusia yang tidak hanya mampu menguasai tekhnologi dan informasi agar dapat bersaing di dunia
internasional akan tetapi juga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, berbudi pekerti yang luhur sebagaimana
tercantum dalam Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003.
”Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu bagian dari materi pendidikan
mempunyai tanggungjawab untuk dapat merealisasikan tujuan pendidikan Nasional
tersebut. Sebagai bagian dari mata pelajaran di sekolah, pendidikan agama islam
seringkali mengalami kendala diantaranya keberadaan mata pelajaran agama islam
tidak mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah hal ini dapat dilihat
dari alokasi waktu yang hanya 3 jam pelajaran perminggu bila dibandingkan
dengan mata pelajaran lain yang mempunyai alokasi waktu lebih banyak. Di sisi
lain minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama diakui sangat minim. Mereka lebih suka dengan mata pelajaran
berbasis tekhnologi dan informasi. Armai arif (Jakarta, 2002) mengatakan bahwa
persoalan-persoalan selalu menyelimuti dunia pendidikan sampai saat ini adalah
seputar tujuan dan hasil yang tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat, metode
pembelajaran yang statis dan kaku, sikap dan mental pendidik yang dirasa kurang
mendukung proses, dan materi pembelajaran yang tidak progresif
Ami
Abdullah, seorang pakar keislaman menyoroti kegiatan pendidikan agama yang
selama ini berlangsung di sekolah. Ia mengatakan bahwa pendidikan agama kurang consern
terhadap persoalam bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kogintif menjadi ”makna”
dan ”nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa lewat berbagai cara,
media dan forum. Pembelajaran lebih menitikberatkan pada aspek korespondensi
tekstual yang lebih menekankan hafalan teks-teks keagamaan.
Dari
berbagai pendapat tersebut, jelas bahwa metode atau strategi pembelajaran
memiliki kedudukan yang sangat
signifikan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Bahkan Ismail (2008)
mengatakan bahwa metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada
siswa dianggap lebih signifikan dibanding dari materi itu sendiri.
Al-qur’an
sebagai sumber hukum Islam telah memerintahkan untuk memilih metode yang tepat
dalam proses pembelajaran, seperti yang terdapat dalam Surah An-Nahl : 125.
”Serulah
(manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesunggunya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Selama ini,
metodologi pembelajaran agama islam yang diterapkan masih mempertahankan
cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah, menghafal dan demonstrasi
praktik-praktik ibadah yang tampak kering. Seperti halnya pada materi ilmu
tajwid dari masa kemasa selalu menggunakan cara-cara lama dengan ceramah dan
membaca Al Qur’an sehingga cara-cara seperti itu diakui atau tidak, membuat
siswa tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam belajar agama.
Oleh
karenanya secara umum seluruh praktisi pendidikan, khususnya pendidikan agama
Islam perlu melakukan inovasi, kreatifitas sehingga tujuan pendidikan Islam
dapat tercapai. Strategi PAIKEM merupakan pendekatan dalam proses belajar
mengajar yang bila diterapkan secara tepat berpeluang dalam meningkatkan tiga
hal,
Pertama : maksimalisasi pengaruh fisik
terhadap jiwa,
Kedua : maksimalisasi pengaruh jiwa
terhadap proses psikofisik
dan psikososial, dan
Ketiga : bimbingan ke arah pengalaman
kehidupan spiritual.
Melalui
penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu menemukan formula yang tepat
untuk diterapkan sebagai metode atau strategi dalam proses pembelajaran, dalam
hal ini penulis merumuskan judul : Penerapan Strategi PAIKEM untuk Meningkatkan
Pembelajaran Ilmu Tajwid.
2. Permasalahan
Berdasarkan
latar belakang di atas, masalah penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam
memahami dan menerapkan ilmu tajwid untuk dapat membaca Al Qur’an dengan baik
dan benar.
Masalah
tentang kemampuan siswa SMP dalam memahami Ilmu Tajwid akan dipecahkan dengan
menggunakan strategi PAIKEM.
3. Rumusan Masalah
Ilmu Tajwid
adalah merupakan cabang ilmu Al Qur’an yang mempelajari tata cara membaca Al
Qur’an yang baik dan benar. Hal-hal yang dipelajari dalam ilmu tajwid
diantaranya adalah makhorijul huruf, hukum nun mati dan tanwin, hukum alif lam,
hukum ra, hukum mad dan lain-lain.
Berdasarkan
masalah tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan
berikut ini :
1) Seberapa besar
kemampuan siswa dalam memahami ilmu tajwid sebelum diberi tindakan pembelajaran
strategi PAIKEM ?
2) Seberapa besar
peningkatan pemahaman siswa dalam mempelajari ilmu tajwid setelah diberi
tindakan pembelajaran melalui strategi PAIKEM ?
4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan
bertujuan untuk :
1) Mengetahui kemampuan
awal siswa dalam memahami ilmu tajwid sebelum diberi tindakan pembelajaran
melalui metode atau strategi PAIKEM.
2) Menemukan formula
yang tepat dalam pembelajaran ilmu tajwid sehingga siswa dapat lebih mudah
memahaminya dengan kegiatan yang menyenangkan.
3) Mengetahui tingkat
pemahaman siswa tentang bacaan-bacaan Al Qur’an setelah diberi tindakan
strategi PAIKEM.
5. Manfaat Penelitian
Selain
memiliki tujuan, sebuah penelitian haruslah memiliki manfaat. Adapun manfaat
yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan
kualitas keilmuan serta mengimplementasikan strategi PAIKEM dalam pembelajaran
ilmu tajwid.
2) Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat
dijadikan perbandngan dan alternatif model pembelajaran kemampuan dalam
memahami ilmu tajwid.
3) Bagi Siswa
Dengan strategi PAIKEM yang
memungkinkan terciptanya kondisi belajar yang menyenangkan, siswa diharapkan
memiliki peningkatan kemampuan dalam ilmu tajwid dan dapat membaca Al Qur’an
dengan baik dan benar.
6. Kajian Teoritis
Agar tidak
terdapat kesalahpahaman atau kekeliruan maka penulis beranggapan perlu adanya
penjabaran definisi, sebagai berikut :
1) PAIKEM yang dimaksud
adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan.
2) Ilmu Tajwid adalah
ilmu yang mempelajari tentang cara membaca Al Qur’an yang baik dan benar.
Strategi
yang diterapkan dalam proses pembelajaran disebut strategi pembelajaran.
Pembelajaran merupakan perubahan istilah, sebelumnya dikenal dengan istilah Proses
Belajar Mengajar (PBM) dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Penting ditegaskan
disini perbedaan antara belajar dan pembelajaran, menurut Ismail (2008).
Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik secara
pribadi dan sepihak. Sementara pembelajaran itu melibatkan dua pihak, yaitu
guru dan peserta didik yang didalamnya mengandung dua unsur sekaligus, yaitu
mengajar dan belajar (teaching and learning).
Menurut M.
Subana dan Sunarti (2000), kata belajar berarti suatu proses perubahan tingkah
laku pada siswa akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya
melalui proses pengalaman dan latihan.
Belajar
menurut Morris L. Bigge seperti yang dikutip Max Darsono dkk. Adalah dan
perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak dapat diwariskan secara
genetis. Morris menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada pemahaman (insight),
perilaku, persepsi, motivasi, atau campuran dari semuanya secara sistematis
sebagai akibat pengalaman dalam situasi tertentu.
Sedangkan
pembelajaran, seperti yang di definisikan Oemar Hamalik adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut
Mulyasa, pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya sehingga terjadi peruabhan ke arah yang lebih baik. Dalam
pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
internal yang datang dari diri individu, maupun faktor eksternal yang datang
dari lingkungan individu tersebut.
Dari beberapa pendapat diatas jelas terdapat perbedaan pengertian antara
belajar dengan pembelajaran, belajar lebih dititikberatkan pada proses yang
dilakukan oleh seseorang untuk dapat mempunyai kompetensi tertentu yang
dilakukan secara sepihak. Sedangkan pembelajaran adalah proses belajar yang
dilakukan melalui interaksi antara peserta didik dengan pendidik atau
lingkungannya. Karena pembelajaran merupakan interaksi dua pihak, maka
diperlukan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran atau
sering dikenal istilah strategi belajar mengajar senantiasa mengalami dinamika
dalam praktik dunia pendidikan. Tidak terkecuali di negara Indonesia, dinamika
tersebut terjadi dari masa ke masa seiring dengan kebijakan pemberlakuan
kurikulum pendidikan mulai kurikulum 1975, 1984, LBL 2004 dan KTSP 2006.
Dalam catatan sejarah pendidikan nasional, telah dikenal beberapa
pendekatan atau strategi pembelajaran SAS (Sintesisi, Analisis, Sistematis),
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), CTL (Contextual Teaching and Learning),
Life Skill Education, PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan) dan paling dikenal terakhir adalah istilah PAIKEM.
Istilah PAIKEM adalah merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Pengertian secara bahasa dan
istilah dijelaskan secara singkat sebagai berikut. Istilah Aktif menurut Ismail SM (2008) pembelajaran adalah
proses aktif membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan
maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri. Seorang guru dituntut untuk mampu
menciptakan suasana yang memungkinkan siswa untuk aktif menemukan, memproses
dan mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan keterampilan baru.
Istilah Inovatif yang dimaksud selama proses pembelajaran diharapkan muncul
ide-ide baru atau inovasi-inovasi positif yang keluar dari peserta didik untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Istilah Kreatif memiliki mana bahwa
pembelajaran harus dapat mengembangkan daya imajinasi peserta didik, karena
pada dasarnya setiap orang mempunyai potensi imajinasi masing-masing sehingga
melalui pembelajaran guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang
mengundang daya kreatifitas anak didik.
Istilah Efektif yaitu bahwa model pembelajaran apapun dengan waktu yang
relatif singkat seyogyanya mampu mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal,
hal ini dibuktikan dengan peserta didik memiliki kompetensi baru setelah proses
pembelajaran. Istilah Menyenangkan, faktor inilah yang seringkali terabaikan,
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menumbuhkan minat dan
motivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga
tujuan pembelajaran akan tercapai dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Multahim, dkk. Pendidikan Agama Islam, Yudhistira.
Saroni, S. Ag dkk. Akrab,
Sinar Mandiri.
Drs. B. Suryobroto. Beberapa Aspek
Dasar-Dasar Kependidikan.
Mahmud Yunus Prof. Metodik Pendidikan Agama.
Purwanto Ngalim, MP Psikologi Pendidikan. Remaja
Rosda Karya.
Komentar
Posting Komentar