PERAN PENTING ANAK PRA SEKOLAH PADA USAHA PERKEMBANGAN DAYA PIKIR
PERAN PENTING ANAK PRA SEKOLAH
PADA USAHA PERKEMBANGAN
DAYA PIKIR
Tugas Akhir
Diajukan dalam rangka penyelesaian Diploma II PGTK
Oleh :
Nama : Chalimatuz
Zahroh
NPM : 06130255
Fakultas / Progdi :
FIP / PGTK
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(IKIP) PGRI SEMARANG
2008
PERSETUJUAN
Kami selaku Pembimbing Tugas Akhir dari mahasiswa IKIP PGRI Semarang
:
Nama :
Chalimatuz Zahroh
NPM :
06130255
Fakultas / Jurusan :
FIP / PGTK
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas akhir yang dibuat oleh mahasiswa tersebut
di atas sudah selesai dan siap diujikan.
Semarang, ………………… 2008
Mengetahui
Ketua
Jurusan,
|
Pembimbing
|
( Drs. H. MUNAWIR, M.Pd )
|
( Dra. WIWIK KUSDARYANI, M.Pd )
|
PENGESAHAN
Tugas Akhir berjudul : Peran Pendidikan Anak Pra Sekolah Pada
Usaha Perkembangan Daya Pikir, ditulis oleh Chalimatuz Zahroh, NPM 06130255, telah dipertahankan
dihadapan Sidang Panitia Ujian Tugas Akhir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI
Semarang.
Pada hari :
…………………………………….
Tanggal :
…………………………………….
Panitia
Ujian,
|
|
Ketua,
|
Sekretaris,
|
( Drs. Agus Suharno, M.Si )
|
( Drs. H. Munawir, M.Pd )
|
Anggota Penguji,
1. Dra. Wiwik
Kusdaryani, M.Pd
|
( ……………………………………
)
|
2. Drs.
Mujiyono, M.Si
|
( ……………………………………
)
|
MOTTO
“Berani Hidup Maka Hiduplah Yang Mulia Atau Mati Syahid”
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada :
1.
Suami
tercinta Muhammad ahsan.
2.
Kedua
orang tua Bapak Sarwitadi dan Ibu Sridiningsih.
3.
Mertua
tercinta H. Amin fatah dan Hj. Sofiyah.
4.
Adik-adikku
(Amin, Mala, Asna, Mufidah, Zairoh).
5.
Teman-temanku
( Robadi, Dewi, Atik ) yang telah banyak membantu.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Ilahi Robbi karena berkat rahmat dan
karunia-Nya jua penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul PERAN
PENTING PENDIDIKAN ANAK PRA SEKOLAH PADA USAHA PERKEMBANGAN DAYA PIKIR.
Sholawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya. Serta pengikut-pengikutnya.
Perkembangan manusia adalah topik yang cukup sulit untuk
didiskusikan karena dalam menggunakan perbandingan dalam berbagai tingkah laku
seseorang harus memahami teori yang melandasi dan menjadi acuan. Analisis yang
akan kita lakukan.
Penulis sangat berharap semoga tugas akhir ini dapat
menjadi setetes embun dipagi hari dalam kebaikannya dalam pengembangan pengetahuan
anak usia dini yang sedang berkembang di Indonesia.
Saran dan kritik terhadap tugas akhir ini sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaannya di masa-masa mendatang.
Penulis sadar tugas akhir ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnan oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak, baik yang berkaitan langsung
dengan teori maupun penulisan tugas akhir ini.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca dalam rangka usaha mengembangkan pemikiran anak pra sekolah. Juga bagi Para pendidik anak pra sekolah yang bersentuhan langsung
dengan anak.
Semarang, ……………..
2008
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Manusia diciptakan oleh tuhan sebagai
makhluk yang istimewa karena manusia memiliki akal dan pikiran. Keadaan inilah
yang membedakan manusia dari makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya seperti
tumbuhan dan hewan. Melalui akal dan pikiran yang ada di dalam diri manusia
seharusnya manusia dapat bertingkah laku sesuai dengan kodratnya sebagai
individu manusia. Hal ini dapat dengan mudah kita wujudkan lewat pikiran tutur
kata bahkan melalui perbuatan kita.
Kemampuan kognitif diperlukan oleh
anak dalam rangka mengembangkan pengetahuannya tentang apa yang ia lihat, ia
dengar, ia rasa dan ia raba ataupun ia cium melalui panca indera yang
dimilikinya.
Perkembangan kognitif pada anak-anak
dijelaskan dengan berbagai teori : pandangan aturan tingkah laku BEHAVIORISME
berpendapat bahwa pertumbuhan kecerdasan melalui informasi yang mahir bertambah,
sedangkan yang paling dapat kita pahami atau kita ketahui kenyataannya adalah
aliran INTERACTIONIST dimana pengetahuan berasal dari interaksi
anak dengan lingkungan anak. Selanjutnya dikemukakan bahwa perkembangan
kecerdasan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan pengalaman dan berkembang
dengan pertumbuhan kemampuan merancang mengingat dan mencari penyelesaian
masalah yang dihadapi.
Pendidikan anak pra sekolah bertujuan
untuk membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, intelektual
emosional, moral dan agama secara optimal dalam lingkungan yang kondusif,
demokratis dan kompotitif. Pendidikan ini berupaya untuk memberikan,
membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan ketrampilan pada anak.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan pada pendahuluan yang
penulis tulis tentang latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Faktor –
faktor apa saja yang mendukung perkembangan daya pikir.
2.
Bagaimana
pentingnya pendidikan pra sekolah dalam perkembangan daya pikir.
3.
Bagimana
cara penanaman pengetahuan pada anak.
4.
Sejak
kapan pendidikan pra sekolah dilaksanakan untuk mendukung perkembangan daya
pikir anak.
C.
PENEGASAN
ISTILAH
Pendidikan pra sekolah : pendidikan yang diselenggarakan
untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan dan ketrampilan yang melandasi
pendidikan dasra serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas
pendidik sedini mungkin.
Kognitif / daya fikir : kemampuan untuk berfikir secara
abstrak.
D.
TUJUAN
PEMBAHASAN
1.
Tujuan penulis
Berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan tadi,
maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar para orang tua dan guru tahu
bahwa betapa pentingnya pendidikan anak pra sekolah dalam perkembangan daya
fikir pada anak. Dan menjawab rumusan masalah diatas.
E.
MANFAAT
Diharapkan dari penulisan ini akan diperoleh suatu
manfaat sebagai berikut :
1.
Secara
Teoritis
a.
Membantu
anak mengembangkan daya fikir.
b.
Membantu
mengekang anggapan tidak pentingnya pendidikan anak pra sekolah.
2.
Secara
Praktis
a.
Bagi orang
tua dapat memahami pentingnya pendidikan anak pra sekolah dalam mengembangkan
daya fikir.
b.
Bagi guru
taman kanak-kanak dapat memberikan pendidikan yang tepat sehingga daya
pendidikan berkembang secara tepat pula.
c.
Bagi
masyarakat dapat memberikan penilaian tehadap pendidikan anak pra sekolah dalam
peningkatan kemampuan perkembangan daya fikir.
d.
Bagi
Lembaga Pendidikan Taman kanak-kanak dapat digunakan sebagai bahan pemikiran
dalam penyusunan program mengajar.
e.
Bagi
penulis sebagai tambahan pengetahuan, wawasan bagi penulis akan pentingnya
pendidikan anak pra sekolah serta meningkatkan lagi pengetahuannya.
F.
SISTEMATIKA
Sistematika penulisan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut : pada bagian awal berisi halaman judul, lembar
persetujuan, lembar pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar,
daftar isi, dan daftar lampiran.
Bab I, Pendahuluan yang terdiri dari
: latar belakang, rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan tugas akhir,
manfaat tugas akhir dan sistematika.
Bab II, Kajian Teori dan Pembahasan
berisi faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif, kegunaan alat berfikir
tahapan perkembangan kognitif, pembelajaran yang dapat membangun daya pikir,
peran guru dalam membangunn daya pikir.
Bab III, Penutup berisi simpulan,
saran (diantaranya) daftar pustaka, lampiran.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A.
PENDIDIKAN
ANAK PRA SEKOLAH
1.
Pengertian
Pendidikan Pra sekolah
Sebutan prasekolah oleh guru dititik
beratkan untuk membedakan dengan anak usia sekolah yang dimana masa ini
merupakan masa persiapan menuju sekolah dasar.
Dalam undang-undang RI nomor 2 tahun
1989 tentang sistem pendidikan Nasional, pasal 12 ayat (2) menyebutkan “Selain
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendidikan prasekolah adalah
pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan dan
ketrampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara
utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup.
Menurut Elizabeth B. Hurlock masa
kanak-kanak (masa prasekolah) merupakan masa yang ideal untuk mempelajari
ketrampilan tertentu karena :
a.
Pada masa
ini anak-anak senang mengulang sehingga mereka dengan senang hati mau mengulang
sesuatu aktivitas sampai mereka terampil melakukannya.
b.
Anak-anak
bersifat pemberani sehingga tidak terhambat rasa takut kalau dirinya mengalami
sakit atau diejek oleh temannya, yang sering kali ditakuti anak usia besar.
Sangat terlihat jelas pada usia anak sekolah dasar sekitar usia 7 tahun dimana
pada masa ini anak cenderung merasa takut salah bila diperintah oleh guru.
c.
Anak-anak
masih dalam taraf mudah dan cepat belajar, karena tubuh mereka masih sangat
lentur dan ketrampilannya yang dimiliki masih sedikit sehingga ketrampilannya
yang baru dikuasai tidak mengganggu ketrampilan yang sudah ada.
2.
Konsep
Pendidikan TK (Prasekolah)
Konsep pendidikan TK menurut UU No.
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 28 ayat 3 adalah TK
menyelenggarakan Pendidikan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri
sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Selanjutnya pada bab I
ketentuan umum pada pasal 7 ayat (1) bahwa pendidikan TK adalah salah satu
bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia sampai 6 tahun (2)
Penyelenggaraan pendidikan pada TK dapat berlangsung selama 1 tahun atau 2
tahun. Peserta didik pada TK dapat dikelompokkan kedalam usia 4-³ tahun
(kelompok A) dan usia 5-6 tahun (kelompok B)
Dari konsep inilah terlihat betapa
pemtimg peran pendidikan anak prasekolah pada perkembangan daya pikir anak
karena didalam pendidikan ini perkembangan kemampuan anak terjadi.
Dari uraian diatas maka kita dapat
memahami bahwa pendidikan prasekolah merupakan modal yang sangat penting bagi
perkembangan daya pikir anak untuk menyiapkan mereka pada sistem belajar yang
sesungguhnya yaitu sekolah dasar.
3.
Prinsip-prinsip
Pendidikan prasekolah (TK)
a.
Bermain
sambil belajar
Karena dunia anak adalah dunia bermain maka seluruh
kegiatan di TK dilaksanakan melalui kegiatan bermain dengan menggunakan metode
belajar mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak untuk
mengembangkan anak dalam berbagai aspek terutama dalam daya pikirnya.
Karena seorang anak mengembangkan seluruh aspek
kepribadiannya melalui bermain.
b.
Pendidikan
pra sekolah (Taman Kanak-kanak) menekankan
pada pengamatan alam sebab pada dasarnya kemampuan itu bersumber dari alam.
c.
Berorientasi
pada perkembangan
Adalah bahwa pendidikan pra sekolah (Taman
Kanak-kanak) sebanyak mungkin melibatkan anak dalam kegiatan meneliti, menguji,
memanipulasi dan bereksperimen dengan berbagai benda yang menarik bagi anak
seusia mereka.
d.
Pembelajaran
pada anak harus berjalan secara teratur setingkat semi setingkat atau bertahap.
Prinsip ini sangat cocok dengan kodrat anak yang tumbuh
dan berkembang secara bertahap. Dan bahan pengembangan yang diberikan pada anak
harus disusun secara bertingkat dimulai dari bahan termudah sampai yang
tersulit, dari bahan pengembangan yang sederhana sampai yang kompleks.
e.
Menumbuhkan
keaktifan jiwa raga anak.
Melalui keaktifan anak ini maka anak akan mampu mengolah
kesan pengamatan menjadi suatu pengetahuan sehingga mendorong anak melakukan
interaksi dengan lingkungannya dan selanjutnya menimbulkan pergaulan langsung
anak dengan lingkungannya.
4.
Aspek-aspek
yang terbentuk dari pendidikan pra sekolah (TK)
a.
Aspek
Bahasa
Pendidikan prasekolah memberikan kesempatan kepada anak
untuk dapat berpikir, berpendapat secara bebas, teratur dan benar serta
bertanggung jawab karena dalam proses pembelajarannya guru biasanya bercerita,
mendongeng sehingga anak dapat terangsang dan mampu mengungkapkan pemikirannya.
b.
Aspek
Kecerdasan
Untuk mempelajari sesuatu anak-anak lebih berhasil
dengan mempraktekkannya, dengan kegiatan ini anak-anak dapat berpikir konkrit
karena anak akan berbicara sesuai dengan apa yang dilihatnya sehingga dapat
ditarik kesimpulan untuk mengembangkan kecerdasan anak perlu dilakukan
kegiatan-kegiatan yang memberi rangsangan sensorik kepada anak. Dan dalam
pendidikan prasekolah (TK) berorientasi pada hal tersebut.
c.
Aspek
Motorik
Dalam pendidikan prasekolah (TK) guru mengembangkan
sistem motorik dengan melatih gerakan-gerakan sesuai keadaan jasmani anak,
kegiatan di taman kanak-kanak senantiasa diusahakan agar perkembangan motorik
anak dapat berkembang dengan wajar sehingga diupayakan terjadi keseimbangan
antara apa yang diinginkan, dipikirkan dengan apa yang dilakukan.
d.
Aspek
Sosial
Kegiatan di taman kanak-kanak selain dilakukan secara
individu disediakan pula kegiatan bersama sehingga perilaku sosial anak secara
otomatis terbentuk di dalam usia prasekolah anak mulai merasa kurang puas hanya
bergaul dengan lingkungan keluarganya saja.
e.
Aspek
emosi
Karena anak masih dalam berpikir konkrit maka dalam
mengajar guru supaya memberikan secara langsung apa yang dapat dilihat,
didengar, dan dilakukan seperti bercerita dan bernyanyi.
Perkembangan emosi anak sangat perlu mendapat perhatian
yang cukup besar karena disinilah moral terbentuk. Seorang guru harus memberi
bantuan dengan melatih kerjasama, saling memberi dan menerima, tolong menolong
dan memberi pengalaman sebanyak-banyaknya.
KAJIAN TEORI
B.
PERKEMBANGAN
DAYA PIKIR
Bayley dalam Hurlock (1997 : 7)
berpendapat bahwa intelegensi merupakan gabungan dari fungsi yang berbeda.
Sebagai contoh dalam pola perkembangan kecerdasan, daya ingat mendahului penalaran
abstrak. Daya ingat untuk materi konkrit berkembang & pengaruhnya pada
kemampuan anak untuk mengerti dan ketepatan pengertianya.
Vigotsky, dalam teorinya Sociocultural,
revolution mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar
belakang. Sedangkan menurut Moll dan Greenberg
(1990 : 3) berpendapat bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang berasal
dari kehidupan sosial atau kelompoknya, & bukan dari individu itu sendiri.
Interaksi sosial demikian antara lain berkaitan erat dengan aktivitas-aktivitas
dan bahasa yang dipergunakan. Kunci utama untuk memahami proses sosial dan
psikologis manusia adalah tanda-tanda atau lambang yang berfungsi sebagai
mediator (Wertsch, 1990 : 13). Tanda-tanda atau lambang-lambang tersebut
merupakan produk dari lingkungan sosiokultural dimana seseorang berada.
Ngalim Purwwanto (ciri-ciri perbuatan
integensi, 1998 : 28) menegaskan bahwa suatu perbuatan atau tingkah laku dapat
dikategorikan sebagai tindakan intelijen haruslah memenuhi beberapa persyaratan,
antara lain :
a.
Masalah
yang dihadapi merupakan masalah yang baru bagi seseorang yang menghadapi,
sedang anak mampu memecahkan masalah baru yang lebih tinggi daripada tingkat
kemampuannya.
b.
Perbuatan
yang dilakukan sifatnya sesuai dengan tujuan, praktis dan ekosomis (tepat guna)
serta cepat dan akurat. Anak mengerjakan soal/tugas yang mudah terlebih dahulu.
c.
Masalah
yang dihadapi harus mengandung satu tingkat kesulitan bagi yang menghadapi.
Tugas bagi anak SD kelas I dapat diselesaikan oleh seorang anak TK Kelompok B.
d.
Keterangan
solusinya harus dapat diterima oleh masyarakat.
e.
Kemampuan
abstraksi digunakan dalam memecahkan masalah.
f.
Memerlukan
tingkat konsentrasi yang tinggi.
1. Pengertian Daya Pikir
Sedangkan menurut Prof. H. M. Arifin
M.Ed; Drh Amiruddin Ras’yad; Dirjen Pembinaan kelembagaan Agama Islam dari
Universitas Terbuka (1977) kognitif adalah bagaimana cara individu bertingkah
laku, cara individu bertindak, yaitu cepat lambatnya individu di dalam
memecahkan suatu masalah yang dihadapinya.
2.
Kognisi Arti
dan Permasalahan
Menurut Tedjasaputra (2001 : 2),
kognisi dapat diartikan sebagai pengetahuan yang luas, daya nalar, kreativitas
(daya cipta), kemampuan berbahasa, serta daya ingat. Proses rumit yang terjadi
dalam sebuah komputer sama rumitnya dengan yang terjadi di dalam otak manusia.
Seperti halnya komputer, otak manusia juga menerima informasi, memprosesnya
kemudian memberi jawaban. Proses jalannya informasi tersebut pada manusia
disebut kognisi.
Jean Piaget (1960 :3) mengemukakan
bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula
pengaruh lingkungan saja, melainkan interaksi antara keduanya. Dalam pandangan
ini organisme aktif mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Perbuatan atau
lebih jelas lagi penyesuaian terhadap objek-objek yang ada di lingkungannya,
yang merupakan proses interaksi yang dinamis inilah yang disebut kognisi.
Proses kognisi meliputi aspek-aspek
persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan pemecahan persoalan. Dalam
psikologi kognitif, bahasa menjadi salah satu objek materialnya, karena bahasa
merupakan perwujudan fungsi-fungsi kognitif.
3.
Pentingnya
Mengembangkan Aspek Kognitif Pada Anak
Seyogyanya dalam usaha meningkatkan
kualitas perkembangan kognitif, diusahakan pendidikan dan latihan yang lebih ditujukan
pada latihan meneliti dan menemukan, yang memerlukan berfungsi kedua belah otak.
Semiawan (2002 : 4) berpendapat bahwa
pembebanan otak dengan pengetahuannya hafalan, latihan ulangan, drill yang
berlebihan tidak sepenuhnya akan mewujudkan penanjakan perkembangan kognitif,
bahkan akan menjadikan seseorang tidak berfikir kreatif, dan menjadikan
perkembangan kognitif mengarah terutama pada hasil (produk/oleh) berfikir yang
konvergen.
4.
Karakteristik
Perkembangan Kognitif
Rentang usia 3-4 sampai 5-6 tahun.
Hurlock (1996) berpendapat untuk
membuat anak kecil mengerti agama, konsep agama di ajarkan dalam bahasa
sehari-hari dan dengan contoh dari kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
konsep-konsep menjadi konkret dan realistis. Karena menurut Hurlock rentang
usia ini kebanyakan anak mulai bertanya tentang agama misalnya siapa Tuhan ?
Dimana surga itu ? Apakah malaikat itu ? (ibid, hal : 134).
Mengenai perkembangan kognitif.
Piaget berpendapat bahwa anak pada rentang usia ini masuk dalam perkembangan
berpikir prooperasional konkrit. Pada saat ini sifat egosentris pada anak
semakin nyata. Anak mulai memiliki perspektif yang berbeda dengan orang lain
yang berada disekitarnya. Orang tua sering menganggap periode ini sebagai masa
sulit karena anak menjadi susah diatur (nakal dan bandel), suka membantah dan
banyak bertanya.
Menurut sumber lain ciri-ciri pada
usia ini, yaitu anak mengambangkan ketrampilan berbahasa dan menggambar, namun
egois dan tak bisa mengerti penalaran abstrak atau logika (Dryden & Vos,
2000)
C.
PEMBAHASAN
Pada rentang usia 3-4 sampai 5-6
tahun anak mulai memasuki masa pra sekolah yang merupakan masa persiapan untuk
memasuki masa pra sekolah yang merupakan masa persiapan untuk memasuki
pendidikan formal yang sebenarnya yaitu sekolah dasar.
Pendidikan pra sekolah sangat
berperan penting bagi pembentukan perkembangan anak baik perkembangan psikis /
fisiknya, karena potensi kognitif ditentukan pada saat konsepsi, namun terwujud
atau tidaknya potensi kognitif tergantung dari lingkungan dan kesempatan yang
diberikan. Potensi kognitif dibawa sejak lahir atau merupakan tektur keturunan
akan menentukan batas perkembangan intelegensi (batas kecerdasan maksimal)
sedang faktor itu diwujudkan atau menentukan dicapai tidaknya batas maksimal
tadi.
Pendidikan anak pra sekolah atau
taman kanak-kanak bertujuan untuk membantu mengembangkan seluruh potensi dan
kemampuan fisik, intelektual, emosional moral dan agama secara optimal dalam
lingkungan yang kondusif, demokratis dan kompetitif. Karena pendidikan ini
berupaya memberikan, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran
yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan anak.
Dalam pelaksanaan pendidikan TK
dinyatakan bahwa :
1.
Pendidikan
pra sekolah (TK) membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, prilaku,
pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam
menyesuaikan diri dengan keluarga dan pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya.
2.
pelaksanaan
pendidikan pra sekolah (TK) menganut prinsip bermain sambil belajar atau belajar
sambil bermain karena dunia anak adalah bermain sehingga disini anak tidak
mengalami tekanan dalam proses perkembangannya karena ia melakukannya dengan
senang hati melalui bermain yang selanjutnya perkembangan potensi anak dapat
terwujud dengan optimal.
Taman kanak-kanak bukan sekolah,
melainkan tempat bermain sambil belajar, sedangkan sekolah dasar merupakan
tempat belajar karena TK (Pendidikan pra ekolah) tidak diberikan pelajaran
membaca, menulis dan berhitung, tetapi yang diberikan adalah kegiatan persiapan
membaca dan menulis permulaan dan berhitung matematik. Ketentuan dalam
pendidikan pra sekolah ini diatasi hanya pada usaha meletakkan dasar-dasar
kesanggupan membaca, menulis dan berhitung saja.
Pengembangan aspek kognitif pada anak
dapat dilakukan dengan merawat struktur saraf bagian bawah harus cukup
berkembang agar energi dapat mengalir ke tingkat yang lebih tinggi, anak harus
merasa aman secara fisik dan emosional (yang hal ini anak dapatkan dari
pendidikan prasekolah atau TK), dan guru memiliki modal untuk memberikan
rangsangan yang wajar sehingga dengan hal-hal tadi kognitif anak berkembang
dengan baik karena semua kecerdasan yang lebih tinggi termasuk intuisi ada
dalam otak sejak lahir dan tinggal bagaimana kita sebagai orang dewasa mengembangkannya
sebab selama lebih dari tujuh tahun pertama kehidupan kecerdasan ini dapat
disingkapkan jika dirawat dengan baik dan diolah sebagaimana mestinya.
Kognisi (daya pikir) diartikan
sebagai pengetahuan yang luas, daya nalar, kreativitas (daya cipta) kemampuan
berbahasa, serta daya ingat yang seperti halnya komputer, otak manusia juga
menerima informasi memprosesnya kemudian baru memberi jawaban yang mana proses
jalannya informasi pada manusia tersebut yang disebut kognisi.
3.
Faktor
yang mempengaruhi perkembangan kognitif (daya pikir)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut :
a.
Faktor
Hereditas
Teori hereditas atau nativisme
pertama kali dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhaver. Dia berpendapat
bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat
dipengaruhi lingkungannya, dan berdasarkan teori ini taraf intelegensi sudah
ditentukan sejak anak dilahirkan sejak faktor lingkungan tidak berarti
pengaruhnya.
Dari pendapat ini dijelaskan bahwa
intelegensi merupakan faktor alami yang dibawa anak sejak lahir serta bawaan
ditentukan oleh staf-staf dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir (batasan
kesanggupan). Hal inilah yang menyebabkan bahwa, meskipun menerima latihan dan
pelajaran yang sama tapi perbedaan-perbedaan itu tetap ada, karena setiap anak
dibekali kemampuan intelegensi yang berbeda-beda.
b.
Faktor
Lingkungan
Teori ini dipelopori oleh John Loche,
ia berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau tabularase, yaitu
anak diumpamakan kertas putih yang belum tertulisi. Perkembangan manusia
sangatlah ditentukan oleh lingkungannya, sehelai kertas akan sangat terlihat
manfaat bila telah terdapat coretan-coretan yang berupa tulisan.
Maka intelegensi daya pikir sangatlah
ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan
hidupnya.
c.
Pembelajaran yang dapat membangun daya pikir
Untuk membangun pengetahuan pada anak diperlukan metode pembelajaran
yang tepat agar pengetahuan yang ingin dibangun oleh anak dapat
terinternalisasi dengan baik, metode tersebut antara lain :
a. Metode Praktek Langsung
Melalui kegiatan praktek langsung
diharapkan anak akan mendapatkan
pengalaman melalui interaksi langsung dengan objek.
b.
Metode
Cerita
Metode cerita, melalui kegiatan
bercerita anak akan memperoleh pengetahuan bagaimana cara menyampaikan pesan
pada orang lain agar orang lain mampu memahami pesan-pesan yang ingin
disampaikan.
c.
Metode
Tanya Jawab
Metode ini membangun pengetahuan anak
melalui pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan, sehingga anak dapat menjawab dan
membuat pertanyaa sesuai dengan informasi yang ingin diperolehnya.
d.
Metode
Proyek
Metode ini memberikan kesempatan pada
anak untuk melakukan eksplorasi pada lingkungan disekitar anak.
e.
Metode
Bermain Peran
Melalui metode ini anak dapat
mengembangkan pengetahuan sosial. Melalui metode ini anak harus dapat
mempelajari dan memperagakan peran yang akan ia mainkan. Misalnya untuk
memerankan tokoh seorang ibu, ia harus memiliki pengetahuan tentang siapa ibu
dan apa peran ibu.
f.
Metode
Demosntrasi
Metode ini digunakan untuk membangun pengetahuan pada
anak, yaitu dengan cara menunjukkan atau memperagakan suatu tahapan kejadian,
proses dan peristiwa.
Peran Guru dalam Membangun Daya Pikir
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru antara lain adalah :
a.
Guru
menjadi model yang baik bagi anak
Peran guru disini adalah, bagaimana guru dapat menjadi
model atau panutan yang baik untuk anak. Pada usia Taman Kanak-Kanak anak
banyak belajar melalui imitasi atau peniruan. Artinya seluruh tindak tanduk
guru diperhatikan dengan seksama dan kemudian akan dicontoh oleh anak. Oleh
karena itu dalam melakukan interaksi pendidikan dengan anak, guru harus mampu
menunjukkan sikap yang benar. Misalnya pada kegiatan makan bersama pengetahuan
sosial yang ingin dikembangkan pada anak adalah untuk selalu berdo’a sebelum
makan, guru juga sebaiknya melakukan berdo’a.
b.
Guru
sebagai teman bermain
Guru menjadi teman bermain . artinya guru tidak hanya
duduk di meja guru yang berada di sudut kelas, tetapi guru juga harus ikut
terjun dalam permainan yang sedang dilakukan oleh anak.
c.
Guru
sebagai motivator
Guru sebagai motivator. Artinya guru harus mampu menjadi
motivator anak dalam membangun pengetahuan. Dalam hal ini guru harus mampu
memotivasi anak dalam melakukan kegiatan agar anak tidak mudah menyerah.
d.
Guru
sebagai fasilitator
Artinya guru mampu memfasilitasi seluruh kebutuhan anak
pada saat kegiatan bermain berlangsung. Misalnya pada kegiatan menanam biji,
guru terlebih dahulu harus memahami urutan kejadian pada saat menanam biji
hingga tumbuh, perawatan tanaman hingga faktor yang dapat mempengaruhi
tumbuhnya tanaman.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan hasil kajian sebagaimana dipaparkan diatas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Dari
seluruh penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran pendidikan anak
prasekolah pada usaha perkembangan daya pikirnya sangat penting karena dengan
pendidikan prasekolah potensi perkembangan kemampuan anak dalam beberapa aspek
dapat terwujud.
2.
Di dalam
membangun pengetahuan pada anak, guru terlebih dahulu harus memahami inti dari
setiap pengetahuan yang akan dibangun pada anak. Karena pengetahuan di dapat
dari interaksi terhadap lingkungan sekitar yang disini termasuk pendidikan pra
sekolah (Taman Kanak-Kanak). Dalam membangun pengetahuan pada anak, guru juga
harus memperhatikan tahap perkembangan kognitif anak yang sangat mempengaruhi
kemampuan anak dalam berpikir. Karena guru harus memiliki ketrampilan membangun
pengetahuan sesuai dengan kemampuan berpikir anak.
3.
Apabila
anak diberikan stimulasi yang edukatif secara intensif dari lingkungannya, maka
anak akan mampu mengalami tugas perkembangannya dengan baik, sekalipun terdapat
bahaya potensial yang selalu diwaspadai.
4.
perubahan
disini adalah merupakan proses bukan hasil, oleh karena itu dalam membangun
pengetahuan pada anak untuk memahami proses sangatlah sulit. Karena diperlukan
lingkungan yang dapat merangsang perkembangan kemampuan berpikir anak dan
lingkungan itu adalah Taman Kanak-Kanak.
5.
Taman
kanak-kanak bukan sekolah, melainkan tempat bermain sambil belajar, sedangkan
sekolah dasar merupakan tempat belajar karena di TK (Pendidikan Pra Sekolah)
tidak diberikan pelajaran membaca, menulis dan berhitung, tetapi yang diberikan
adalah keguatan persiapan membaca dan menulis permulaan dan berhitung
matematika
SARAN-SARAN
Didalam usaha pengembangan daya pikir anak pra sekolah guru dan
orang tua seharusnya :
1.
Guru mampu
memahami dan memberi motivasi dan stimulan terhadap upaya pengembangan daya
pikir anak dengan memperhatikan dan mempertimbangkan dimensi intelektual,
dimensi sosial, dimensi emosional, dan dimensi moral.
2.
Guru
sebaiknya menguasai prinsip dasar kependidikan untuk penyelenggaraan pendidikan
pra sekolah di taman kanak-kanak yaitu memiliki wawasan kependidikan serta
memahami peran pendidikan pra sekolah pada perkembangan daya pikir anak.
3.
Seorang
guru mampu mengembangkan dan mewujudkan rangsangan yang dapat mengembangkan
diri anak sesuai dengan tahap dan dimensi perkembanggnya.
4.
Guru mampu
berkomunikasi bekerja dan memanfaatkan sumber-sumber yang ada di lingkungan
masyarakat.
5.
Menjadi
guru yang profesional dan berpendidikan tinggi yaitu dia harus pandai sadar
bergaul dengan anak usia pra sekolah memiliki kesabaran, kasih sayang dan
periang, mamapu mengembangkan sikap yang bertanggung jawab, disiplin dan
memiliki emosi yang stabil.
6.
Orang tua
dan guru seharusnya saling bantu membantu sehingga tercipta kerja sama yang
baik dalam pembelajaran anak di sekolah maupun di rumah.
7.
Orang tua
dan guru sebaiknya tidak memaksakan anak untuk belajar sesuatu apabila mereka
belum siap, karena masing-masing anak memiliki perbedaan dalam kematangannya.
8.
Anak akan
siap belajar adalah melalui motivasi dan bermain maka orang tua harus berperan
aktif dalam memberi motivasi terhadap anak sehingga anak merasa nyaman untuk
belajar. Disini orang tua sebaiknya memberi kesempatan bermain pada anak tidak
hanya memotivasi saja tanpa memberikan kebebasan karena anak akan siap untuk
dikembangkan ketrampilannya apabila ia telah mencapai tingkat dimana anak dapat
mengambil keuntungan dari suatu interaksi yang tepat.
9.
Orang tua
sebaiknya melibatkan diri dalam pendidikan formal anak karena akan lebih
efektif dan dapat juga meningkatkan prestasi sekolah anak sedini mungkin
apabila keterlibatan itu terencana dengan baik dan berkelanjutan.
10.
Untuk
mencapai keberhasilan dalam mengajar guru sebaiknya mendengarkan secara baik
apa yang dikatakan orang tua tentang anak mereka, bagaimana budaya yang
melatarbelakangi kehidupan keluarganya, yang sangat berperan pada diri anak
didik. Dan memahami bahwa antara guru dan orang tua tidak selalu memiliki
pandangan yang sama, karena komunikasi yang baik akan membantu terselenggaranya
proses pendidikan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. Psikologi Umum. Jakarta
: Rieneke Cipta
Soemiarti Patmonodewo. 2003. Pendidikan anak pra sekolah. Jakarta : Rieneke cipta
dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Yuliani Nurani Sujinono, dkk. 2004. Metodologi Pengembangan
Intelektual : Pusdari Press. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri. Jakarta
Permainan dan menulsi di Taman Kanak-Kanak. 2000. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Husni Wardi Tanjung dan Kamtini, 1995. Bermain Melalui Gerak dan
Lagu di Taman Kanak-Kanak Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktoral
Pendidikan Tinggi.
Direktoral Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.
BIODATA
Nama :
Chalimatuz Zahroh
Tempat, tanggal lahir :
Jepara, 2 Januari 1988
Jenis Kelamin :
Perempuan
NIM :
06130255
Alamat :
Sinanggula, RT 12 / RW 02 Mlonggo Jepara
Nama orang tua : Ayah
: Nor yanto
Ibu
: Sri Diningsih
Pendidikan :
1.
TK Al
Hidayah Th 1994
2.
MI Al
Hidayah lulus Th 1999/2000
3.
MTs Heru
Cokro lulus Th. 2003
4.
MA An
Nawawiyah lulus Th. 2006
5.
Tercatat
sebagai Mahasiswa di IKIP PGRI mulai Th. 2006 hingga sekarang.
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
Jl. Lontar No. 1 Telp. 8316377 Semarang
REKAPITULASI
PROSES BIMBINGAN TUGAS AKHIR
NO
|
WAKTU
|
KEGIATAN
|
TANDA
TANGAN PEMBIMBING
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Semarang, ………………… 2008
Mengetahui
Pembimbing,
|
Mahasiswa
ybs.
|
( Dra. Wiwik Kusdaryani, M.Pd )
|
(Chalimatuz Zahroh )
|
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN TUGAS AKHIR
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama lengkap : Chalimatuz
Zahroh
NPM :
06130255
Fakultas/Jurusan : FIP
/ PGTK
Judul Tugas Akhir : Peran
Pendidikan Anak Pra Sekolah Pada Usaha
Perkembangan Daya Pikir.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya sendiri bukan merupakan pengambilan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dibuktikan Tugas Akhir ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Semarang, ………………… 2008
Yang membuat pernyataan,
Chalimatuz Zahro
Komentar
Posting Komentar