“Pentingnya Pendidikan Anak Berbakat Sejak Dini Terhadap Anak Usia Sekolah Dasar”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Anak adalah karunia Allah SWT yang bersifat fitrah dan
suci sejak ia dilahirkan kedunia ini. Anak dapat bersifat putih, hitam, nakal
dan penurut tergantung pada pendidikan kedua orang tuanya, yang disampaikan kepada
anak tersebut.
Banyak kesalahan yang dilakukan oleh kedua orang tua
dalam mendidik anak-anaknya. Diantaranya dengan sibuk urusan pekerjaan dan
ekonomi, banyak orang tua yang lupa dan hanya sedikit waktu yang digunakan
untuk mendidik anak-anaknya. Sehingga, banyak anak yang dititipkan dan
dipasrahkan kepada pembantu, orang tua asuh baik nenek maupun kakek dari anak
tersebut. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sikap dan prilaku
anak serta bakat.
Semakin maju dunia informasi dan
hiburan yang disampaikan oleh media masa dan elektronik sangat berpengaruh
terhadap perkembangan sikap dan perilaku anak. Hiburan televisi yang sekarang
merebak di masyarakat, merupakan pengaruh negatif terhadap anak. Dikatakan
negatif karena, banyak televisi menayangkan adegan-adegan kekerasan, kejahatan,
pornografi dan pornoaksi. Misal film animasi kartun menayangkan adegan
kekerasan terhadap antar sesama, antar manusia dengan manusia, manusia dengan
hewan dan lain-lain.
Merebaknya informasi dan hiburan yang ditayangkan oleh media masa
dan elektronik bisa dikatakan baik maupun buruk. Bila anak tidak dapat
menangkap hal positif dari acara tersebut, maka kejahatan, kekerasan,
penindasan dan sebagainya akan dilakukan anak dari hal melihat acara tersebut.
Disilah peran keluarga dan lingkungan sekitarnya dalam menyampaikan nilai-nilai
agama sangat dibutuhkan dan diterapkan terhadap anak sejak dini. Dari hal-hal
tersebut di atas, maka penulis tertarik dan memilih judul “Pentingnya
Pendidikan Anak Berbakat Sejak Dini Terhadap Anak Usia Sekolah Dasar”
1.2 Permasalahan
Berpijak dari latar belakang di atas, masalah yang akan
dikaji adalah sebagai berikut :
1.
Pentingnya
pendidikan anak berbakat sejak dini diusia sekolah dasar dimulai dari
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
2.
Pengaruh
dunia hiburan dan informasi yang disampaikan oleh media masa dan elektronik
bagi perkembangan anak berbakat.
3.
Membentuk
kepribadian anak berbakat berkualitas.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikaji, tujuan
penelitian ini adalah :
1.
Mendiskripsikan
pentingnya pendidikan terhadap anak yang
mempunyai bakat..
2.
Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap perkambangan anak berbakat pada usia sekolah dasar.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca, bagaimana cara mendidik anak khususnya berbakat sejak dini diusia
sekolah dasar, agar anak dapat menyerap segala permasalahan yang dialami
sehari-hari membentuk kepribadian berkualitas.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1 Arti
Pendidikan Menurut Istilah
Menurut bahasa yunani pendidikan berasal dari kata paedagog
/paedagogos (pendidik atau ahli didik) yang terdiri dari kata paedos
(anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Paedagogos adalah
seorang pelayan atau bujang zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan
menjemput anak-anak ke dan dari sekolah (Ngalim Purwanto, 2000 : 3).
2.2 Apa yang Dimaksud Mendidik Itu ?
Apakah mendidik itu ? Ada
bebrapa ahli mendidik mengumpamakan menanam sebuah tanaman. Tanaman
diletakakkan dan ditanam ditempat yang subur, kemudian tanaman itu tumbuh
sendiri ada yang kurus, ada yang subur dan ada yang lekas tinggi dan berbuah. Ada pula yang pendek
tidak berbuah dan mati. Hal semacam ini tidak dapat dilakukan oleh situkang
kebun dengan menarik rantingnya agar cepat tinggi, menguncupkan bunganya agar
cepat berbunga dan berbuah. Si tukang kebun hanya menyiram, memupuk dan
memeliharanya (Ngalim Purwanto, 2000 : 4).
Demikian pula, seorang pendidik ia hanya berusaha membimbing,
memimpin pertumbuhan anak baik jasmani maupun rohani. Si pendidik tidak bisa
memaksakan agar cepat berdiri, berjalan dan berlari. Demikian pula ia tidak
dapat mencetak menjadi seorang insinyur, konglomerat, birokrat,dan lain-lain.
Dalam pertumbuhan jasmani dan rohani anak berkembang dengan sendirinya, tidak
sama antara anak yang satu dengan yang lainnya. Biarpun mereka berasal dari
bapak dan ibu yang sama, misalnya anak kembar roman dan mukanya sama, watak dan
tabiatnya berbeda-beda.
2.3 Mengapa
Anak Harus Dididik ?
Anak atau bayi yang sangat lemah keadaannya ketika dilahirkan tentu
tidak mungkin dapat hidup tanpa pertolongan dan pemeliharaan dari orang tuanya
atau lingkungannya.
Manusia adalah mahluk yang lebih tinggi daripada binatang yang
mempunyai budi dan pekerti dari persekutuan masyarakat. Dengan adanya budi dan
pikiran itu manusia dapat menimbang, memilih mana yang akan dilakukan dan mana
yang tidak. Ia dapat memilih dan menentukan dari berbagai kemungkinan yang akan
dilakukannya. Ia lebih bebas dalam melakukannya, tetapi pertanggung jawabannya
lebih besar pula. Sedangkan pada binatang tidak demikian. Perbuatan binatang
terikat oleh alam dan insting, binatang tidak mengenal tanggung jawab (J.
Gielen dalam Ngalim Purwanto, 2000 : 7).
Manusia adalah anggota persekutuan atau masyarakat. Dari kenyataan
itu, kita mengakui bahwa persekutuan itu bermacam-macam corak ragamnya, juga
tinggi rendahnya. Setiap persekutuan terdiri dari bermacam-macam golongan yang
berbeda bahasa maupun pekerjaannya. Ada
persekutuan kampung, ada persekutuan kota,
suku bangsa dan lain-lain. Ada
bermacam-macam golongan, misalnya petani, pedagang, pekerja atau buruh,
golongan politik, golongan kaum agama dan sebagainya. Tingkat kecerdasan dan
kebudayaanpun berlain-lain, ada yang sudah tinggi dan ada yang masih rendah.
Karena bermacam-macam dan kompleksnya persekutuan itu maka
pendidikan pada manusia lebih sulit dan memakan waktu yang lebih lama. Kita
harus mendidik anak-anak agar dapat menyesuaikan diri dalam dan terhadap
persekutuan-persekutuan itu. Jadi anak harus kita didik supaya dapat hidup yang
layak dan berguna bagi persekutuan tempat ia hidup.
BAB III
FAKTOR LINGKUNGAN
TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK
Lingkungan
sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah
keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik,
masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam
sekitar dengan iklim, flora dan faunanya (H. Ahmad Fauzi, 1999 : 105).
Besar kecilnya
pengaruh lingkungan pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya
3.1 Keluarga
Keluarga,
tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orang
tua dalam merawat terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat
pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohani anak,
terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
Anak yang
dibesarkan dalam lingkungan keluarga berada umumnya sehat dan cepat pertumbuhan
badannya dibandingkan dengan anak dari keluarga miskin. Demikian pula yang
orang tuanya berpendidikan akan menghasilkan anak yang berpendidikan pula.
3.2 Sekolah
Sekolah
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkambangan anak
berbakat terutama untuk kecerdasannya. Anak yang tidak pernah sekolah akan
tertinggal dalanm berbagai hal. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola
pikir anak, karena mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi
randahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta
kepribadian anak.
3.3 Masyarakat
Masyarakat
adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka termasuk teman-teman anak diluar
sekolah. Kondisi orang-orang di desa atau di kota tempat tinggal juga mempengaruhi
perkembangan jiwanya.
Anak yang
dibesarkan di kota
berbeda pola pikirnya dengan anak di desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif
bila dibandingkan dengan anak desa yang cenderung bersikap statis dan lamban.
Anak kota lebih
berani mengemukakan pendapatnya, ramah dan luwes sikapnya dalam pergaulan
sehari-hari. Sementara anak desa umumnya kurang berani mengeluarkan pendapat,
agak penakut, pemalu dan kaku dalam pergaulan.
BAB IV
PENGARUH DUNIA HIBURAN DAN INFORMASI
4.1 Pornografi dan Sadisme
Faktor lain
yang mempercpat terjadinya penyimpangan anak dan dorongan untuk melakukan
perbuatan tidak baik adalah pornografi dan cerita-cerita kriminal dalam film,
buku-buku, majalah, tabloid bahkan kalender (A. Zakki Ahmad, 1994 : 50). Selain
mendorong terjadinya penyimpangan, juga mempengaruhi moralitas anak terbiasa
dengan keburukan.
Kenyataan
kongkrit bahwa ketika anak beranjak kemasa baligh, pornografi dan sadisme yang
tervisualkan mudah melekat pada ingatan dan khayalan mereka. Bagi anak seusia
mereka, apa yang dilihat itupula yang ditangkap untuk dicontoh dan ditiru.
Terutama bagi anak-anak yang lepas kontrol orang tua disebabkan kesibukan
mereka. Pengaruh tersebut cepat atau lambat akan merasuk dalam jiwa, untuk
kemudian dipraktekkan sewaktu-waktu. Kondisi ini jika tidak segera teratasi
semakin membuka kemungkinan perjalanan hidup anak menjadi suram. Ia menjadi
penyakit akut, sulit untuk disembuhkan. Maka ketika nasehat-nasehat orang tua
dicoba dibidikkan ke telinga mereka tidak menemui sasaran. Anak telah
kehilangan kendali bagaikan kerbau dungu yang sulit ditundukkan.
Terlalu sering
kita dengar praktek kejahatan yang dilakukan anak-anak sehingga membahayakan
jiwanya sendiri atau banhkan orang lain. Di Inggris, awal tahun 2002 lalu
seorang anak berusia 6 tahun mempraktekkan pengalamannya meninju kaca rumahnya.
Bukan saja kaca itu yang berantakan, namun tangannya juga ikut tersayat-sayat.
Setelah diusut ternyata ia terbiasa menyaksikan film-film tawuran yang sering
menyasar ke kaca. Begitu pula di Indonesia, seorang anak perempuan
berusia 6 tahun diperkosa beramai-ramai oleh tiga anak berusia 10-11 tahun.
Masih di Indonesia, seorang anak perempuan berusia 10 tahun membunuh anak
berusia 5 tahun, sekedar ingin mendapat anting-anting emas. Contoh tiga kasus
tersebut dapat terjadi karena pengaruh layar kaca (TV) yang sering memutar
film-film kekerasan dan seks secara vulgar.
Menurut Ali
Sulaiman, terdapat empat pola hubungan antara bakat dan kreativitas. Keempat
pola ini tergambar seperti berikut.
1.
Anak yang
berbakat tetapi tidak kreatif. Bakatnya tampak pada perilaku dalam periode yang
singkat, kemudian terpendam. Hal itu terjadi pada anak yang berusia antara 3 –
5 tahun.
2.
Anak yang
berbakat dan kreatif. Pada anak ini tampak indicator kemudahan dalam melakukan
berbagai hal dan siat elastisitas. Pada periode pemberian dorongan yang baik
ini, indicator tersebut tampak melimpah pada perilaku anak dan tidak terbatas
pada pemberian reaksi atau tanggapan terhadap permintaan orang lain. Periode
ini berlangsung dari usia 6 hingga 12 atau 13 tahun.
3.
Remaja
yang kreatif, tetapi tidak berbakat. Hal itu berlangsung pada usia 13 – 20
tahun dan terlihat pada bentuk-bentuk aktivitas yang kreatif, tetapi tidak
sempurna., misalnya penulisan puisi atau cerita, atau menggagas kreasi-kreasi
ilmiah. Biasanya kreasi-kreasinya itu tidak sempurna. Kalaupun sempurna, pada
umumnya kreasi itu mengandung kekurangan.
4.
Orang
dewasa yang kreatif dan berbakat. Hal itu terjadi pada usia 20 tahun dan
seterusnya.
Berdasarkan pada kerangka landasan tersebut maka setiap orang tua
dan pendidik, berkewajiban untuk mencegah anaknya dari pornografi dan film-film
bertema kriminal, bacaan-bacaan porno dan bahkan kalender yang tidak senonoh
lainnya. Orang tua dan pendidik berkewajiban mencegah anak dari segala bentuk
yang mengancam akidah, dan mengekang mereka dari tindakan-tindakan yang
merangsang timbulnya kejahatan. Kewajiban ini sama sekali tidak dapat dielakkan
orang tua para pendidik, jika mereka berkehendak melihat generasi mendatang
sebagai generasi yang bermoral baik. Tanpa memperhatikan tanggung jawab itu,
kebaikan mereka sulit diharapkan.
4.2 Kesulitan yang dihadapi Anak
Bebakat
Kesalahan
yang lumrah terjadi pada kondisi seperti ini mungkin berupa kekeliruan keluarga
dan dokter dalam memahami anak berbakat dan dalam menghargai potensinya,
sehingga mereka berkeyakinan secara keliru bahwa anak itu hiperaktif sehingga
kemudian mereka diharuskan menjalani terapi. Kalaulah para dokter berupaya untuk
mengobservasi mereka dan membandingkannya dengan anak lain yang hiperaktif
secara serius, niscaya mereka menemukan bahwa anak berbakat memiliki
keistimewaan kemampuan dalam berkonsentrasi dan melaksanakan tugas tertentu,
sedangkan anak yang hiperaktif tidak dapat berkonsentrasi dan pelaksanaan
tugasnya hanya mengulangi cara yang dilakukan orang lain.
BAB V
MEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK BERKUALITAS
5.1 Pendidikan Moral
Jika
sejak masa balita pertumbuhan dan perkembangan anak berpijak pada landasan keimanan,
terdidik untuk selalu takut dan berserah diri kepada Allah, kelak ia memiliki
potensi dan respon secara insting dalam menerima setiap keutamaan dan
kemuliaan, disamping terbiasa melakukan akhlak mulia. Sebab benteng religius
yang berakar pada hatinya dan kebiasaan mengingat Allah yang telah dihayati
dalam dirinya, telah memisahkan anak dari sebab-sebab negatif. Penerimaannya
pada segala kebaikan menjadi salah satu kebiasaan dan kesenangannya terhadap
keutamaan dan kemuliaan akan menjadi akhlak terpuji yang menonjol. Hal itu
telah dibuktikan melalui hasil eksprimen yang sering dilakukan golongan salaf
dalam umat ini.
Nabi
Muhammad Saw. secara jelas memerintahkan kita supaya memuliakan anak dan
mendidik pekerti secara baik. Sebab bentuk pemuliaan itu sendiri sudah
merupakan pendidikan moral. Dengan begitu dirinya terlatih untuk memuliakan
orang lain.
Dr.
Abdullah Nasih Ulwan menegaskan bahwa para pendidik terutama orang tua,
mempunyai tanggung jawab sangat besar dalam mendidik anak-anak dengan kebaikan
dan dasar-dasar moral. Khusus dibidang moral tanggung jawab mereka sangat
kompleks. Yakni berhubungan dengan segala hal yang menyangkut masalah perbaikan
jiwa mereka, meluluskan kepincangan mereka, mengangkat mereka dari semua
kehinaan dan pergaulan yang tidak menimbulkan persoalan dengan orang-orang di
sekitarnya.
Untuk
menghindarkan anak-anak dari gejala-gejala tidak baik tadi, orang tua dan para
pendidik dapat menerapkan metode pendidikan yang ditawarkan Islam. Metode itu
adalah :
1.
Menerapkan
sikap dan berpendirian kuat, sebaliknya menghindari taklid buta tanpa mengenal
prinsip.
2.
Hindarkan
dari kemanjaan.
3.
Hindarkan
dari penyimpangan perilaku seksual.
5.2 Pendidikan Fisik
Yang
dimaksud pendidikan fisik adalah memberi latihan dan bimbingan kepada anak-anak
tentang aktifitas yang berhubungan dengan pertumbuhan fisik mereka. Pendidikan
ini tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab orang tua terhadap hal-hal yang
menunjang perkembangan fisik anak. Misalnya dalam hal pakaian dan gizi
makanannya.
1. Tanggung jawab dalam perkembangan
fisik
Kewajiban
orang tua yang harus diperhatikan berkaitan dengan masalah fisik anak-anaknya
meliputi, gizi makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan. Khususnya mengenai kesehatan, orang tua
dituntut lebih ekstra ketat. Begitu anaknya terlihat tidak seperti biasanya,
atau terdapat gejala-gejala yang mengganggu kesehatan fisik, maka orang tua
harus cepat tanggap, tidak perlu menunggu sampai gangguan itu terlihat jelas.
2. Perhatian pada kesehatan fisik
Secara
singkat dibagian muka telah disinggung bahwa orang tua berkewajiban pula
memperhatikan kesehatan fisik anaknya. Memperhatikan kesehatan berarti apabila
si anak terkena penyakit, maka orang tua berkewajiban segera mengobati. Tetapi
yang disebut memperhatikan kesehatan itu bukan hanya sewaktu terkena
gejala-gejala penyakit. Dalam kondisi sehatpun orang tua berkewajiban
memperhatikannya, bagaimana agar anak tetap sehat dan tidak mudah terserang
penyakit.
3. Membiasakan anak mempunyai kesibukan
Anak
jangan dibiarkan terbiasa menganggur tanpa pekerjaan, sekalipun pekerjaan itu
bukan pekerjaan profesional yang mendatangkan keuntungan. Sebab kalau anak suka
dimanja, dibebaskan sama sekali dari beban kewajiban dalam rumahnya sendiri
sekalipun, maka akan membentuk anak menjadi pemalas.
Jadi
dibiasakan dengan kesibukan – kesibukannya dengan bakat yang ada.
5.3 Pendidikan Intelektual
Dr.
Abdullah Nasih Ulwah, mengatakan yang dimaksud pendidikan intelektual adalah
pembentukan dan pembinaan segala sesuatau yang bermanfaat : Ilmu pengetahuan
hukum, peradaban, modernisasi, kesadaran berfikir dan berbudaya. Dengan
demikian, ilmu rasio dan peradaban anak dapat terbina secara utuh.
5.4 Membentuk Psikis Anak berbakat
Yang dimaksud membentuk psikis
adalah upaya membentuk kejiwaan anak mempunyai keberanian dalam bertindak,
bersikap dan berpenampilan yang teralokasi pada persoalan positif (Ali Sulaiman,
2001; 9). Tujuan pendidikan ini untuk membentuk, menyempurnakan dan
menyeimbangkan kepribadian anak. Sehingga manakala anak telah memasuki usia
mukallaf, dia sanggup melaksanakan kewajiban yang dibebankan pada dirinya.
Ada beberapa faktor penting yang harus dipisahkan para orang tua dan
pendidik dari anak-anak yaitu : sifat minder, penakut, rendah diri, hasut dan
pemarah.
1. Sifat Minder
Menurut
Dr. Nabih Al Ghirba, bahwa sifat ini munculnya dapat ditandai setelah anak
(bayi) berusia 4 (empat) bulan. Memasuki satu tahun, sifat itu semakin jelas.
Misalnya, ia memalingkan wajah, menyembunyikan wajah, menutup kedua mata
(pandangan) dengan tangan jika dilihat orang yang belum dikenal.
Faktor
hereditas ikut andil dalam menumbuhkan sifat minder bagi anak-anak.tidak dapat
dipungkiri bahwa lingkunganpun mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan
atau pembentukan sifat anak berbakat ini. Anak-anak yang selalu bergaul dengan
teman-temannya, relatif lebih kecil sifat mindernya dari pada anak-anak yang
kurang atau bahkan tidak pernah bergaul dengan teman-teman sebaya. Untuk
menjauhkan sifat ini hanya akan tercapai manakala anak-anak dibiasakan bergaul
dengan teman-teman. Dilatih mengunjungi kerabat atau diminta untuk menhadapi
orang lain ketika sedang berkunjung. Dengan cara itu sifat minder dapat
teratasi, semakin berkurang sebaliknya akan menumbuhkan rasa percaya diri.
2. Rendah Diri
Perasaan
rendah diri termasuk kondisi psikologis yang sering menjangkit pada anak-anak.
Perasaan rendah diri ini timbul karena beberapa faktor, bisa terjadi karena
penyakit,kesalahan mendidik atau disebabkan oleh kondisi perekonomian,
kehilangan orang tua dan sebagainya. Perasaan ini termasuk gejala psikologis
yang amat berbahaya bagi perkembangan anak.
3. Hasud
Hasud
artinya adalah harapan seseorang atas hilangnya kesenangan dan kebahagiaan
(kenikmatan) dari orang lain. Sifat hasud merupakan gejala sosial paling
berbahaya dan teramat buruk. Sifat ini harus dipangkas sama sekali dari
kewajiban anak-anak, untuk itu orang tua dan para pendidik harus tanggap dalam
mengantisipasi pertumbuhan sifat itu.
4. Pemarah
Merupakan
kondisi psikologis yang kerap kali muncul pada diri anak sejak masa
kelahirannya, dan terus terjadi sesuai fase-fase kehidupannya hingga mati.
Marah termasuk pembawaan kodrati manusia. Tidak seorangpun manusia yang tidak
memiliki kodrat ini, kendati frekwensinya teramat kecil dan rendah sekali.
Kodrati ini tidak sampai mengganggu kondisi kehidupan seseorang atau anak jika
masih berada dalam ruang lingkup yang terkendali. Tetapi jika kodrati kemarahan
telah mengganggu psikologis manusia atau anak, berarti tidak baik lagi, dan
perlu dihentikan.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian sebagai mana dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Pentingnya
pendidikan anak berbakat dimulai sejak dini yang perlu dimulai sejak SD diterapkan
oleh orang tua dan para pendidik.
2.
Dunia yang
akan dijalani sang anak penuh dengan tantangan dan permasalahan didalamnya.
Sehingga perlu ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk hidupnya.
6.2 Saran
Hasil
penelitian ini dapat dikembangkan bagi kepentingan makalah ilmiah tentang pembelajaran
di SD, sosiologi dan lain-lain diberbagai sekolah maupun lembaga pendidikan
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Ahmad. 1999. Psikologi Umum.
Bandung : CV.
Pustaka Setia.
Muhammad, Yusuf. A. 2002. Pendidikan
Anak dalam Islam. Jakarta
: Darul Haq.
Purwanto, Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosda
Karya.
Zakki, Abu. A. 1994. Kiat Membina Anak Soleh. Jakarta : Rica Grafika.
Ali Sulaiman, 2001. Anak Berbakat Bagaimana Cara Mengetahui dan
Membinanya. Jakarta
: Gema Insani
MAKALAH ILMIAH
TENTANG PEMBELAJARAN
PENTINGNYA
PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
SEJAK
DINI TERHADAP ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Oleh :
MUHAMMAD MUJIYONO, S.Pd
GURU SD NEGERI PURWOGONDO
01
KECAMATAN KALINYAMATAN –
KAB. JEPARA
Jl. Tikungan Nganjun Purwogondo, Rt:19/I, Kalinyamatam, Telp.(0291)
330 1411
OKTOBER
- 2007
ABSTRAK
Anak
merupakan karunia Allah SWT yang bersifat suci dan fitrah sejak ia dilahirkan
kedunia ini. Anak dapat bersifat hitam, putih, nakal, pendiam dan penurut
tergantung pendidikan orang tuanya dan keimanan seorang pendidik.
Makalah yang dikaji dalam pembelajaran ini adalah (1)
Pentingnya pendidikan anak berbakat bagi anak yang dimulai dari lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. (2) Pengaruh dunia hiburan dan informasi yang
disampaikan oleh media masa dan elektronik bagi perkembangan anak. (3)
Membentuk kepribadian anak yang berbakat berkualitas.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca, bagaimana cara mendidik anak, khususnya anak berbakat agar anak dapat
menyerap segala permasalahan yang dialami sehari-hari dengan arif dan bijak.
Simpulan penelitian ini adalah pentingnya pendidikan
anak berbakat sejak dini yang dilakukan orang tua maupun para pendidik. Sebab
dunia yang akan dijalani oleh seorang anak berbeda dengan para pendidiknya.
Dunia yang akan dijalani sang anak penuh dengan tantangan dan permasalahan di
dalamnya. Sehingga perlu ditanamkan Intelegensi dan berintraksi pada usia
sekolah dasar..
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur saya
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunia-Nya,
sehingga makalah ilmiah tentang pembelajaran ini dapat terselesaikan.
Makalah ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian
tentang pendidikan anak berbakat bagi anak yang dimulai dari lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Makalah ini mengajak para pembaca untuk
mendidik anak sesuai bakat dan usia perkembangannya yang baik dan benar menurut
tingkat Intelegensi tanpa terhalang hubungan sosial mereka.
Makalah ilmiah
ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan motivasi dari penulis sebagai
pendidik melihat perkembangan anak yang mempunyai bakat perlu disalurkan
keinginannya agar prestasi pelajaran dan bakat dapat tercapai dengan baik.
Selanjutnya saya ucapkan terima kasih kepada Forum
Ilmiah Guru, teman-teman pendidik yang telah memberi motivasi sehingga
terselesaikannya makalah ini.
Akhirnya, makalah ilmiah tentang pembelajaran inipun
tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Untuk itu semua saran dan keritik
yang sifatnya membangun akan saya terima dengan senang hati.
Jepara, 19 Oktober 2007
Penyusun,
Muhammad
Mujiyono, S.Pd
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
ABTRAK ...................................................................................................... ii
PRAKATA ................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Permasalahan .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 2
1.4 Manfaat........................................................................................ 2
BAB II KERANGKA TEORITIS
2.1 Arti Pendidikan Menurut Istilah.................................................. 3
2.2 Apa Yang Dimaksud Mendidik Itu ?........................................... 3
2.3 Mengapa Anak Harus Dididik..................................................... 4
BAB III FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK
3.1 Keluarga....................................................................................... 5
3.2 Sekolah........................................................................................ 5
3.3 Masyarakat................................................................................... 6
BAB IV PENGARUH DUNIA HIBURAN DAN INFORMASI
4.1 Pornografi Dan Sadisme.............................................................. 7
4.2 Kesulitan yang dihadapi Anak Berbakat ………………………..9
BAB V MEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK BERKUALITAS
5.1 Pendidikan Moral....................................................................... 10
5.2 Pendidikan Fisik........................................................................ 11
5.3 Pendidikan Intelektual............................................................... 12
5.4 Membentuk Psikis Anak Benbakat............................................ 12
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan.................................................................................... 15
6.2 Saran ......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 16
Komentar
Posting Komentar