PROSES BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR






PROSES BELAJAR ANAK
 SEKOLAH DASAR

 



Makalah ini Di Presentasikan Untuk Mata Kuliah
Kapita Selekta Kependidikan SD




















Disusun Oleh :

1.      Ariswanto                         ( 140 270 4060 )
2.      Muhlisin                            ( 140 270 4061 )
3.      Mudzakir                           ( 140 270 4055 )
4.      Enny Mulyani                   ( 140 270 4054 )
5.      Ma’ruf                               ( 140 270 4041 )
           
 

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN, JURUSAN P G K S D  UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG                                           CENTER JEPARA                                                                                      2004
DAFTAR ISI

              
               Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ......i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Permasalahan ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................... 2
1.4 Manfaat...................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Proses Belajar Pada Umumnya......................................... 4
2.2 Beberapa Prinsip yang menjadi landasan Pengertian belajar.................... 4
2.3 Pengertian Belajar dan Pengertian lain...................................................... 6
2.4 Proses Belajar............................................................................................. 8
2.5 Karakteristik Belajar Anak Sekolah Dasar.............................................. 12
2.6 Proses Pengajaran yang Efektif............................................................... 16
2.7 Langkah – langkah Pengajaran................................................................ 19
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 23
3.2 Saran........................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 24







DAFTAR ISI

              
               Halaman

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................ i
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
BAB I
            a. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
b. Permasalahan .............................................................................................. 1
c. Batasan Masalah........................................................................................... 2
BAB II 
a.  Pembahasan................................................................................................. 4
b.  Kesimpulan................................................................................................. 4
BAB III
a.  Kendala....................................................................................................... 5
b.  Saran........................................................................................................... 5
c. Solusi............................................................................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 5










BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
            Proses perkembangan belajar anak SD menuju tercapainya tujuan pendidikan sangat penting karena kita menyadari betul bahwa inti dari kegiatan proses pendidikan adalah belajar. Anda juga pasti memahami benar bahwa proses belajar anak SD mempunyai karakteristik tertentu. Dengan mempelajari proses belajar anak sekolah dasar diharapkan akan memiliki kemampuan sebagai berikut:
  1. Dapat menjelaskan pengertian, hakikat, proses, dan hasil belajar pada umumnya;
  2. Dapat menjelaskan karakteristik utama proses belajar anak SD;
  3. Dapat menerapkan karakteristik proses belajar anak SD dalam proses belajar mengajar di kelas;
  4. Dapat menjelaskan tahap-tahap perkembangan belajar anak SD;
  5. Dapat menjelaskan proses belajar anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak SD;
Kemampuan-kemampuan tersebut di atas sangat penting artinya bagi saya sebagai mahasiswa D2 Guru kelas di SD. Mengapa ? Ya, maklum bahwa salah satu tanggung jawab profesiaonal adalah : menyelenggarakan proses belajar-mengajar yang efektif. Jadi, dengan menguasai kemampuan-kemampuan sebagaimana  tersebut di atas, maka akan memiliki landasan dan panduan yang tepat  dalam mengelola dan membimbing kegiatan belajar anak.  Dengan kata lain, makalah ini akan membekali  untuk menjadi guru professional.  Jangan lupa, bahwa makalah ini juga akan membekali dalam proses belajar anak sekolah dasar selanjutnya.
Dalam hubungan itu semua, makalah ini akan memberikan pokok-pokok bahasan sebagai berikut:
1.      Pengertian proses dan hasil belajar pada umumnya;
2.      Karekteristik utama proses belajar anak SD;
3.      Tahap-tahap perkembangan belajar anak SD;
4.      Implikasi karekteristik proses belajar anak SD dalam pembelajaran di SD.
Pemikiran berikutnya adalah bagaimana membudayakan proses belajar dan pemikiran yang mendalam dalam mendidik anak Sekolah Dasar ? Jawabannya adalah Tinggal kita dapat menerapkan dan memahami apa yang terkandung dalam proses belajar anak didik di SD dalam memberikan materi pembelajaran yang lebih berkualitas. Sementara itu kondisi anak, kondisi guru, serta perkembangan kurikulum yang berubah ubah sehingga memerlukan pemikiran kajian yang terus – menerus terhadap proses belajar anak supaya ke arah lebih baik, khususnya melalui pendidikan Kapita Selekta Kependidikan SD. Dengan demikian proses pembelajaran anak SD akan menghasilkan penguasaan ketrampilan dasar sebagai alat berfikir primer yang memungkinkan pencapaian alat berfikir sekunder yaitu penalaran rasional.  

1.2 Permasalahan
Berpijak dari latar belakang di atas, masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut :
1.  Apa proses belajar di sekolah dasar dan beberapa prinsip mana yang menjadi landasan belajar bagi siswa sekolah dasar.
2. Bagaimana karaktristik belajar anak sekolah dasar ?
3. Perlukah prinsip belajar dari kongrit ke abstrak ?

4.  Perlukah ketrampilan pendidikan dalam berhubungan dengan lingkungan sosial, lingkungan alam, dan kehidupan nilai dan sikap.
5. Benarkah jenis pembelajaran dalam proses pendidikan di SD memerlukan isyarat, stimulus respons, perantaian dan sejenisnya?

1.3 Tujuan Penelitian
       Berdasarkan rumusan masalah yang dikaji, tujuan penelitian ini adalah :
1.      Mendiskripsikan pentingnya pendidikan dan proses belajar di sekolah dasar  terhadap anak / siswa.
2.      Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan belajar di SD sebagai lembaga pendidikan.
3.      Pembelajaran di SD di perlukan perkembangan dari kongret ke abstrak, sederhana ke kompleks, dan dari keseluruhan ke bagian – baguan.
4.      Ketrampilan pendidikan di perlukan dalam berhubungan dengan lingkungan sosial.
5.      Lebih lanjut, di harapkan melalui proses pendidikan di sekolah dasar peserta didik menghasilkan ketrampilan dasar sebagai alat berfikir primer yang berupa ketrampilan berkomunikasi, berbahasa, membaca, menulis, dan menghitung. Ketrampilan ini mendukung pencapaian alat berfikir sekunder yaitu penalaran rasional .



1.4 Manfaat
Penulisan ini diharapkan dapat berguna sebagai jembatan pemahaman bagi pendidik atau guru yang diharapkan dapat juga bermanfaat bagi kita sebagai mahasiswa D2 PGSD serta peserta didik, bagaimana cara pencapain tujuan proses belajar di Sekolah Dasar di masa-masa yang akan datang.  






























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Proses Belajar Pada Umumnya
            Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan aktifitas yang paling utama.  Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar dapat berlangsung secara efektif.  Apakah belajar itu ?  Pemahaman seorang guru terhadap pengertian  belajar akan mempengaruhi cara guru itu mengajar.  Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh pakar-pakar,  secara umum belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.  Secara lengkap pengertian belajar dapat dirumuskan sebagai berikut. “Belajar ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu  sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

2.2 Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian belajar
Pertama, belajar adalah usaha memperoleh perubahan tingkah laku.  Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama  dari proses belajar itu ialah adanya perubahan tingkah laku dalam diri individu.  Artinya seseorang yang telah mengalami belajar akan berubah tingkah lakunya.  Tetapi tidak semua perubahan tingkah laku adalah hasil belajar. Perubahan tingkah laku  sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Perubahan yang disadari,  artinya individu yang melakukan proses belajar     menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah, keterampilannya telah bertambah,  ia lebih yakin terhadap dirinya, dsb.  Jadi, orang yang berubah tingkah lakunya karena mabuk, tidak termasuk dalam pengertian perubahan karena belajar  yang bersangkutan tidak menyadari apa yang terjadi dalam dirinya.
b.  Perubahan yang bersifat kontinue (berkesinambungan).  Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar akan berlangsung secara berkesinambungan, artinya suatu perubahan yang telah terjadi, menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku yang lain.  Misalnya seorang anak yang telah belajar membaca, akan berubah tingkah lakunya dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca.  Kecakapannya dalam membaca menyebabkan ia dapat membaca lebih baik lagi dan dapat belajar yang lain,  sehingga ia dapat memperolah perubahan tingkah laku hasil belajar yang lebih banyak dan lebih luas.
c.   Perubahan yang bersifat fungsional,  artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil belajar memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan. Misalnya kecakapan berbicara dalam bahasa Inggris memberikan manfaat untuk belajar lebih luas.
d.   Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi pertambahan perubahan dalam diri individu.  Perubahan yang diperoleh itu senantiasa bertambah sehingga berbeda dengan keadaan sebelumnya.  Oarang yang telah belajar akan merasakan ada sesuatu yang lebih banyak, sesuatu yang lebih baik,  sesuatu yang lebih luas dalam dirinya.  Misalnya, ilmunya menjadi lebih banyak, prestasiya meningkat, kecapannya menjadi lebih baik, dsb.
e.   Perubahan yang bersifat aktif,  artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi melalui aktifitas individu.  Perubahan yang terjadi karena kematangan, bukan hasil belajar karena terjadi dengan sendirinya sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangannya.  Dalam kematangan,  perubahan itu akan terjadi dengan sendirinya meskipun tidak ada usaha pembelajaran.  Misalnya, kalau seorang anak sudah sampai pada usia tertentu akan dengan sendirinya dapat berjalan meskipun belum belajar.
f.    Perubahan yang bersifat permanen (menetap), artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar akan berada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu.  Ini berarti bahwa perubahan yang bersifat sementara seperti sakit, keluar air mata karena menangis,  berkeringat, mabuk, bersin, dan sebagainya bukan perubahan sebagai hasil belajar karena bersifat sementara saja. Sedangkan kecakapan kemahiran menulis misalnya adalah perubahan hasil belajar karena bersifat menetap dan berkembang terus.
g.   Perubahan yang bertujuan dan terarah,  artinya perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai.   Dalam proses belajar, semua aktifitas terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu.  Misalnya seorang individu belajar bahasa Inggris dengan tujuan agar ia dapat berbicara dalam bahasa Inggris dan dapat mengkaji bacaan-bacaan yang ditulis dalam bahasa Inggris.  Semua aktifitas belajarnya terarah kepada tujuan itu,  sehingga perubahan-perubahan yang terjadi akan sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan.

Kedua,  hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan.  Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi semua aspek tingkah laku dan bukan  hanya satu atau dua aspek saja.  Perubahan tingkah laku itu meliputi aspek-aspek tingkah laku kognitif, konatif, efektif, atau motorik.  Misalnya seorang bisa disebut telah belajar dalam musik, siswa itu berubah dalam hal pemahamannya tentang musik, dapat mengenal alat-alat musik, memiliki kemampuan dalam memainkan alat–alat musik, mempunyai keinginan untuk bermain musik dengan baik, dsb.  Belajar yang hanya menghasilkan  perubahan satu atau dua aspek tingkah laku saja,  disebut sebagi belajar sebagian (partial learning) dan bukan belajar lengkap (complete learning).
Ketiga,  belajar merupakan suatu proses.  Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa belajar itu mrupakan suatu aktifitas yang berkesinambungan.  Di dalam aktifitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktifitas yang sistematis dan terarah.  Jadi, belajar bukan sebagai suatu benda atau keadaan yang statis,  melainkan merupakan suatu rangkaian aktifitas-aktifitas yang dinamis dan saling berkaitan.  Belajar tidak dapat dilepaskan dari interaksi  individu dengan lingkungannya.  Jadi,  selama proses belajar itu berlangsung, individu akan senantiasa berada dalam berbagai aktifitas yang tidak terlepas dari lingkungannya. Dengan demikian, belajar dipandang efektif apabila siswa melakukan tingkah laku secara aktif.
Keempat,  proses belajar terjadi  karena adanya susuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai.  Hal yang mendorong adalah karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan,  dan adanya tujuan yang ingin dicapai.  Atas dasar prinsip ini, maka belajar akan terjadi apabila individu merasakan adanya kebutuhan yang mendorong dan ada susuatu yang perlu dicapai untuk memenuhi kebutuhannya.
  Dengan kata lain, belajar merupakan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan.  Belajar tidak akan efekrtif tanpa adanya dorongan dan tujuan.
Kelima,  belajar merupakan bentuk pengalaman.  Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui  situasi  yang nyata dengan tujuan tertentu.  Belajar merupakan bentuk interaksi individu dengan  lingkungannya,  sehingga banyak memberikan pengalaman dari situasi nyata.  Perubahan  tingkah laku yang diperloleh dari belajar, pada dasarnya merupakan pengalaman.  Hal ini berarti bahwa selama individu dalam proses belajar hendaknya tercipta suatu situasi kehidupan yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman yang berarti.

2.3 Pengertian Belajar dan Pengertian Lain
Di atas telah dikemukakan bahwa belajar merupakan  proses perubahan tingkah laku.  Pengertian ini mempunyai keterkaitan dengan pengertian lain yang juga menggambarkan adanya  perubahan tingkah laku.  Beberapa dari padanya akan dikemukakan berikut ini:

a.       Belajar dan pertumbuhan, perkembangan, kematangan
Dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan akan terjadi perubahan tingkah laku. Akan tetapi perubahan yang terjadi dalam ketiga pengertian itu tidak tergolong sebagai perubahan dalam arti belajar.  Perubahan yang terjadi dalam pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan akan terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dlam secara naluriah.  Proses belajar akan berlangsung secara efektif apabila  ada persesuaian dengan proses pertumbuhan,  perkembangan, dan kematangan. Dan sebaliknya, proses pertumbuhan dan perkembangan akan berlangsung dengan baik apabila diseertai dengan belajar.

b.   Belajar dan menghafal
      Antara belajar dan menghafal terdapat  keterkaitan satu dengan lainnya.  Belajar mempunyai  pengertian yang lebih luas daripada menghafal.  Dalam menghafal, perubahan tingkah lakunya hanya terbatas dalam penyimpanan dan pengeluaran informasi dlam kesadaran (otak), sedangkan dalam belajar, perubahan tingkah lakunya mencakup  keseluruhan.  Menghafal  hanya salah satu aspek saja dari tingkah laku kognitif, dan belum mencakup  tingkah laku lainnya.  Orang yang hafal tentang sesuatu belum tentu memahaminya,  atau cakap melakukannya.  Tetapi proses belajar akan berlangsung dengan efektif apabila disertai dengan aktifitas menghafal.

c.    Belajar dan latihan
Belajar mempunyai keterkaitan dengan latihan meskipun tidak identik.  Dalam belajar dan dalam latihan akan terjadi perubahan tingkah laku.  Aspek tingkah laku yang berubah karena latihan,  adalah perubahan dalam bentuk skill atau keterampilan.  Belajar akan lebih berhasil apabila disertai dengan latihan-latihan yang teratur dan terarah.

d..  Belajar dan studi
     Dalam aktifitas studi, perubahan tingkah laku yang terjadi adalah dalam aspek pengetahuan (knowledge) dan pemahaman (understanding).Aktifitas studi merupakan bagian dari aktifitas belajar secara keseluruhan.Aktifitas studi  merupakan dasar dalam aktifitas belajar secara keseluruhan.

e.  Belajar dan berfikir
     Berfikir merupakan suatu proses kognitif dalam tingkat yang lebih tinggi.  Dalam berfikir, individu akan menggunakan berbagai informasi yang dimilikinya  untuk memecahkan masalah yang di hadapinya. Untuk dapat berfikir secara efektif,  seseorang  harus menguasai sejumlah informasi ( fakta, konsep, generalisasi, prinsip, teori, dsb.) untuk dijadikan sebagai dasar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Informasi yang dimiliki seseorang diperoleh  melalui prosos belajar.  Ini berarti bahwa terdapat keterkaitan antara proses berfikir dengan belajar.  Belajar yang efektif (terutama belajar pemecahan masalah) sangat memerlukan keterampilan berfikir.  Untuk berfikir diperlukan hasil-hasil belajar.  Berfikir itu sendiri sebenarnya merupakan proses belajar. Orang tidak mungkin berfikir tanpa belajar, dan tidak mungkin belajar tanpa berfikir.

2.4 Proses Belajar
            Proses belajar ialah proses individu mengubah tingkah lakunya dalam upaya memenuhi kebutuhannya.  Hal ini mengandungarti bahwa individu akan melakukan kegiatan belajar apabila menghadapi situasi kebutuhan. Kebutuhan yang bagaimanakah yang membuat individu belajar? Pada dasarnya tidak semua kebutuhan  mengharuskan individu belajar.  Ada kegutuhan yang dapat dipenuhi dengan releks atau insting(naluri), misalnya bayi yang menangis karena perutnya lapar.  Menangis merupakan insting yang sudah ada sejak lahir sebagai respon (tindak balas) terhadap adanya kebutuhan lapar. Tingkah laku  menangis tidak memerlukan belajar. Ada juga kebutuhan yang daplat dipenuhi dengan kebiasaan, misalnya bercakap dalam bahasa sehari-hari,  makan dan minum, dsb. Kebiasaan ialah tingkah laku yang sifatnya otomatis dan sudah menetapl dalam diri indifidu. Pada mulanya kebiasaan ini diperolah melalui belajar, akan tetapi kalausudah berada secara menetap maka akan bersifat otomatis dalam melakukannya. Misalnya kebiasaan makan, menulis, mengemudikendraan, dsb. Proses belajar tidak diperlukan apabila kebutuhan itu dapat dipenuhi dengan kebiasaan.
            Dalam keadaan individu menghadapi situasi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan insting atau kebiasaan, maka individu harusmengubah tingkah lakunya. Dalam keadaan iniindividu harus melakukan proses belajar untuk memperoleh  tingkah laku yang baru agar dapat memenuhi kebutuhannya. Misalnya,  seorang pelajar yang harus mempelajari sebuah informasi  yang diperlukan untuk menjawab suatu pertanyaan.  Informasi yang harus dipelajarinya itu ditulis dlam bahasa Inggris, paahal ia kurang cakap berbahasa Inggris. Karena insting dan kebiasaannya tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya, maka ia harus melakukan proses pembelajaran untuk memperolah tingkah laku yang baru yaitu cakap berbahasa Inggris. Contoh lain misalnya, jika Anda mempunyai komputer yang baru yang berbeda dengan komputer Anda yang lama, maka untuk dapat menggunakan komputer yang baru ini Anda harus mengubah tingkah laku Anda.  Mengapa?  Karena dengan kebiasaan yang ada, Anda tidak dapat menggunakan komputer yang baru. Jadi Anda harus memperoleh tingkah laku yang beru melalui proses belajar.
            Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa roses belajar akan terjadi apabila individu menghadapi situasi kebutuhan yang tidak dpat di penuhi dengan insting atau kebiasaan.  Adanya kebutuhan, akan mendorong individu untuk menkaji tingkah laku yang ada dalam dirinya,  apakah dapat memenuhi kebutuhan atau tidak.  Apabila tidak, maka ia harus memperolah tingkah laku yang berudengan proses belajar.
            Secara keseluruhan proses pembelajaran akan merupakan suatu rangkaian aktifitas sebagai berikut.
            Pertama, individu merasakan  adanya kebutuhan dan melihat tujuan yang ingin dicapai.  Dalam situasi ini individu merasakan bahwa ada kekurangan dlam dirinya sebagai suatu kebutuhan.  Misalnya iamerasakan bahwa kecapakannya, pengetahuannya, dsb. Masih kurang sehingga perlu ditambahj atau ditingkatkan agar dapat menghadapi tantangan yang ada.  Seorang pelajar yang menyadari bahwa kecapakan bahasa Inggrisnya masih kurang (menyadari kebutuhan), dan ia melihat apabila ia cakap dalam bahasa Inggris maka ia akan berhasil dalam membaca buku-buku pengetahuan yang ditulis dalam bahasa Inggris (melihat tujuan).
            Kedua, kesiapan (readiness) individu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Untuk suatu tindakan yang efektif diperlukan adanya kesiapam baik fisik maupun mental dan sosial.  Kesiapan merupakan pola-pola respon (tindak balas) yang diperlukan untuk memulai suatu aktifitas dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Dalam proses belajar hal ini sangat diperlukan untuk  menunjang agar aktifitas belajar dapat berlangsung secara efektif. Kesiapan ini akan berupa kematangan fisik, sosial, atau mental, kecakapan dasar, pengaetahuan dasar, pengalaman tertentu, dsb. Misalnya untuk mulai belajar matematik, harus ada kesiapan kematangan kognitif yaitu kesiapan untuk melakukan aktifitas-aktifitas matematika baik yang bersifat konkret maupun abstrak.  Untuk memulai masuk sekolah, anak harus sudah memiliki kesiapan yang berupa kematangan gisik, intelektual, dan sosial.  Untuk berhasil dalam belajar di universitas, harus ada kesialpan berupa telah lulus ujianyang disyaratkan, penguasaan pengetahuan dasar,dsb.  Untuk mengemudi mobil harus ada kesiapan fisik, pengetahuan tentang lalu lintas, sikap, dsb. Yang diperlukan untuk dapat mengemudi moil daengan selamat.  Plroses belajar akan efektif apabila diawali dengan kesiapan yang tepat.  Untuk itu sebelum belajar dimulai, guru hendaknya menciptakan kesiapan siswa-siswanya terlebih dahulu.
            Ketiga, pemahaman situasi. Yang dimaksud dengan situasi yaitu segala sesuatu yang ada di lingkungan individu dan mempunyai  keterkaitan dengan aktifitas individu dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannyua.  Dalam hal ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan plroses belajar. Untuk proses belajar yang efekif, individu harus memahami situasi ini, yaitu ia harus mengenal berbagai faktur dan kondisi lingkungan yang berkaitan dengan aktifitasnya.  Misalnya seorang pelajar  yang merasakan kebutuhan untuk menambah kecapannya berbahasa inggris. Ia harus memiliki kesiapan seperti pengetahuan dasar, kecakapan menulis, kecakapan membaca, dsb.  Iapun harus memahami situasi yang ada seperti adanya temat kursus, adanya waktu untuk belajar, adanya fasilitas yang  mendukung, dsb. Proses belajar akan efektif apabila disesuaikan dengan situasi yang ada. Untuk itu guru hendaknya memperhatikan situasi belajar seperti keadaan ruangan, alat Bantu mengajar, buku-buku, laboratorium,dsb.
            Keempat, menafsirkan situasi, yaitu bagaimana individu melihat kaitan berbagai aspek yang terdapat dalam situasi.  Kemampuan menafsirkan ini sangat diperlukan untuk merancang berbagai alternatif aktifitas yang akan dilakukan dlam proses belajar yaitu dlam fase tindak balas.  Misalnya sesuai dengan contoh di atas, pelajar itu mencari berbagai kemungkinan untuk melakukan belajar bahasa Inggris, apakah ia mengambil kursus seminggu sekali, seminggu dua kali, setiap hari, atau alternatif lain.  Apakah ia akan mengambilnya nanti pda waktu libur catur wulan, atau di waktu lain. Apakah ia akan membeli buku-buku sendiri atau pinjam dari perpustakaan, dsb.
            Kelima, tindak balas (respons).  Dalam fase ini individu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan sesuai dengn yang telah di rancangnya dalam fase ketiga dan keempat.  Fase ini merupakan aktifitas belajar yang sebenarnya yaitu proses bagaimana individu mengubah tingkah lakunyua.  Akltiofitas belajar dkan efektif apabila fase ketiga dan keempat dapat dilakukan dengan baik.  Guru harus senantiasa mengontrol aktivitas siswa selama proses belajar ini agar aktifitasnya dapat lebih efektif sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai.
            Keenam, akbat (hasil) belajar.  Dalam fase ini individu akan memperoleh  umlpan balik dari apa yang telah dilakukannya.  Ada dua kemungkinan yang bakal terjadi yaitu berhasil (sukses)  atau gagal.  Berhasil artinya ia dapat memenuhi kebutuhanyya mencapai tujuannya, sedangkan gagal  artinya ia tidak memenuhi  kebutuhan dan tidak mencapai tujuannya. Dalam contoh di atas misalnyua setelah tia bulan pelajar mengikuti kursus bahasa Inggris, apabila ia berhasil maka ia kan memplerolah tambahan kecakapan bahasa Inggris dan dengan demikian tujuannya tercapai yaitu da dapat mengkaji informasi yang ditulis dalam bahasa Inggris.  Sedangkan bila gagal, ia tidak bertambah kecakapannya sehingga iatak dapat mempelajari informasi yang di tulis dalam bahasa Inggris itu.  Apabila individu berhasil dalam fase ini, ia akan merasa puas karena kebutuhannya terpenjhi dan tujuannya tercapai. Kemungkinan ia akan melanjutkan prosesl belajar selanjutnya.  Sedangkan apabila gagal, individu akan melakukan berbagai kemungkinan seerti melakukan tindak balas kembali, atau berusaha lebih baik, atau mencari aktifitas lain, atau ia akan merasakan kekecewaan. Guru diharapkan dapat membantu anak-anak yang gagal  ini agar mereka tidak berputus asa dan mampu belajar dengan baik.
Contoh. Proses Belajar: Siti belajar menjahit pakaian

1. Merasakan kebutuhan
            Selama inikalau Siti ingin membuat baju harus selalu dijahitkan oleh ibunya atau menjahitkan ke tukang jahit.  Siti berpikir kalau ia bisa menjahit sendiri pakaiannya, tentu tidak akan selalu menyusahkan ibunya setiap akan membuat baju atau ke luar biaya besar untuk menjahitkan ke Tukang  Jahit. Di samping itu ia berpikir plula bahwa suatu saaat ia bis menerima pesanan orang lain dan ini berarti sebagai satu  sumber penghasilan. Tetapi ia menyadari bahwa ia tidak dapat menjahit pakaian sendiri.  Oleh karena itu Siti berpikir bahwa ia harus belajar menjahit pakaian.
2.  Mengenal Tujuan
            Dengan belajar menjahit pakaian, maka Siti dapat membuat pakaian sendiri sesuai dengan seleranya,  dan tak perlu lagi dijahitkan oleh ibunya atau pergi ke tukang jahit. Juga ia dapat mengembangkan usaha mandiri dengan menerima pesanan jahitan sebagai sumber penghasilan.
3.  Kesiapan
            Siti sudah memiliki kesiapan untuk belajar menjahit pakaian, antara lain ia telah berusia 19 tahun, berbadan sehat, sudah paham cara-cara memilih kain dan potongan pakaian, memiliki cukup pengetahuan yang berkenaan dengan menjahit pakaian, telah memiliki mesin jahit, memiliki motivasi yang kuat, berdisiplin.
4.  Mengenal Situasi
            Siti mencoba menkajiberbagai kemungkinan untuk belajar menjahit pakaian. Ia menghubungi sekolah tempat belajar menjahit pakaian, menanyakan tentang persyaratan belajar, biaya, waktu, caranya, dsb.  Ia juga meminta persetujuan dari orang tuanya dan meminta bantuan penyediaan peralatan  untuk belajar serta biaya yang di perlukan.  Ia mempelajari pula kemungkinan  menggunakan waktu-waktu belajar tanpa meninggalkan pekerjaannya.
5.  Menafsirkan Situasi
            Siti memutuskan untuk mulai belajar menjahit pakaian setiap hari Jum’at dan Minggu selama sepuluh minggu.  Ia mendaftar, membayar biaya dan memenuhi syarat-syarat yang di perlukan.
6.  Tindak Balas (Respon)
            Siti melaksanakan kursus menjahit pakaian dua hari dalam seminggu. Ia membaca buku-buku petunjuk, mendengarkan gurunya, berlatih menjahit di rumah,dsb.
7.  Akibat / Hasil
            Setelah tamat mengikuti kursus, Siti pandai menjahit pakaiannya sendiri.  Ia merasa puas karena dapat menentukan jenis dan potongan pakaian sesuai dengan seleranya, serta tidak merepotkan ibunya. Disamping itu ia dapat menghemat biaya sehingga dapat menabung, kalau usahanya berhasil ia akan memperolah penghasilan dari menerima jahitan.

2.5  Karaktristik Belajar Anak Sekolah Dasar

            Karaktristik ini merupakan fundasi atau pembelajaran di sekolah dasar sangat menentukan bagi keberhasilan proses pembelajaran selanjutnya diantaranya :

a. Bentuk dasar belajar
Pembentukan pola – pola dasar belajar, terjadi pada proses pembelajaran anak –anak sekolah dasar. Seperti anda telah pelajari dalam kegiatan yang terdahulu, bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh perilaku secara keseluruhan. Proses perubahan itu menyangkut poa dasar yang meliputi: generalisasi, diskriminasi, pembentukan dan penghapusan.

GENERALISASI adalah : suatu proses pemberian respon terhadap sesuatu rangsangan yang memiliki kesamaan ( tetapi tidak identik) dengan rangsangan yang telah di pelajari. Dengan kata lain generalisasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk mengenal kesamaan – kesamaan suatu objek sehingga mampu membuat kesimpulannya. Misalnyamampu melihat kucing dan anjing adalah binatang yang sama –sama berkaki empat, berekor dan berelinga dua dsb.

DISKRIMINASI adalah suatu proses mengenal perbedaan antara satu rangsangan dengan rangsangan lainnya yang memilliki kesamaan. Misalnya : kemampuan anak dalam membedakan antara ayahnya dengan sejumlah laki-laki lainyang memiliki kesamaan dengan ayahnya.

PEMBENTUKAN adalah suatu proses secara bertahap dan pembentukan perilaku yang di kehendaki. Misalnya Pada awal masuk sekolah, anak belum tahu perilaku yang akan di lakukan. Secara bertahap melalui petunjuk dari guru, peniruan kepada kawan – kawannya dan anak memahami apa yang di lakukan di sekolah.

PENGHAPUSAN adalah hilangnya secara bertahap suatu respon yang tidak sesuai terhadap suatu rangsangan. Misalnya : Hilangnya kebiasaan diantar kesekolah pada taman kanak –kanak atau kelas 1 SD. Hilangnya kebiasaan anak –anak menggigit ibu jari setelah sekolah bahwa perbuatan itu tidak baik.

b. Dari Kongret ke abstrak
            Perkembangan kognetif anak sekolah berada dalam taraf berfikir intutif dan kongret dan operasional. Kemampuan berfikir formal dengandengan menggunakan gagasan abstrak baru tercapai pada massa sekolah dasar ( usia 12 tahun ke atas ). Pada kelas kelas selanjutnya  ( 7-11tahun ) cara belajar di dasari oleh perkembangan berfikir yang bersifat kongkret operasinal artinya : anak mampu melakukan proses berfikir pada taraf kongkret. Anak dapat melakukan tugas –tugas belajar, untuk hal hal yang bersifat kongkrit. Contoh demontrasi, alat peraga konkret misalnya : konsep bilangan, konsep matemaik dan konsep besar dsb.
            Pada kelas akhir proses pembelajaran anak sudah lebih maju ke arah cara berfikir abstrak. Pada taraf ini anak sudah mampu menggunakan konsep –konsep abstrak tanpa di sertai dengan benda benda – kongkret ( demontrasi, gambar, dsb ). Dalam fase ini anak sudah mampu melakukan pembelajaran bersifat abstrak seperti :
1.      Menggunakan strategi pemecahan masalah secara sistematis.
2.      Kecakapan dalam meghadapi situasi yang bersifat hipotesisdan abstrak
3.      Kecakapan untuk megatasi masalah dengan berorentasi dengan masa lalu, sekarang dan masa datang.
4.      Mempersiapkan dan merumuskan sistem gagasan, klasifikasi, dan hubungan.

c. Dari keselurahan ke bagian –bagian
            Di tandai dengan proses yang di mulai dari pengenalan keseluruhan dan menuju pengenalan–pengenalan bagian–bagian. Proses pembelajaran di mulai mengenalkan sesuatu yang bersifat keseluruhan (gestalt) menuju pengenalan bagian – bagian. Dengan guru kelas, guru akan lebih mudah membuat dari keseluruhan dari apa yang di ajarkan, dan demikian pula akan mudah melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan.

d. Dari sederhana ke kompleks
            Sejalan dari proses yang kongkret ke abstrak, karakristik belajar anak sekolah di mulai dengan hal- hal yang sederhana kemudian berkembang ke hal – hal yang lebih kompleks. Pada kelas – kelas awal anak belajar hal-hal sederhana baik cara maupun materinya, dan atas itu kemudian dikembangkan secara bertahap kepada hal – hal yang lebih kompleks. Semua di dasarkan pada proses perkembangananak terutama perkembangan kognetifnya.

e. Lingkungan yang makin meluas
            Ditadai dengan masuknya anak kelingkungan kehidupan yang lebih luas. Proses transisi ini akan berpengaruh terhadap karaktristik pembelajaran mereka terutama dengan cara, materi, dan suasana pembelajaran. Pembelajaran di sekolah dasar mempunyai karaktristik sangat dekat dengan lingkungan anak terutama lingkungan keluarga dan sekitarnya.

f.Belajar dan bermain
            Belajar merupakan bagi perkembangan anak. Anak akan memperoleh kemanjuan dalam proses perkembangannya melalui kegiatan perkembangan. Proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang menyenagkan dalam sussana yang menyenangkan sebagaimana dalam permainan. Guru harus menciptakan suasana bermain dalam belajar dan suasana belajar dalam bermain, sehingga anakakan memperoleh banyak manfaat dalam proses pembelajarannya.

g. Kelompok Sebaya
            Salah satu ciri perkembangan sosial anak SD adalah perkembangannya kehidupan anak dalam kelompok sebaya, yaitu kelompok yang terdiri anak – anak yang memiliki usia yang relatif sama. Kelompok ini terbentuk semenjak anak keluar dari lingkungan keluaga kemudian berkembang di sekolah. Tugas tugas pembelajaran dapat di lakukan dalam kelompok sehingga anak dapat memanfaatkan kelompok dari sumber belajar. Pada kelas lebih tinggi kegiatan kelompok dapat digunakan sebagai metode mengajar.

h. Penguasaan ketrampilan dasar
            Ketrampilan dasarnya menyangkut penguasaan alat berfikir primer yang meliputi berkomunikasi, berhitung, membaca dan menulis. Alat berfikir sekunder adalah kemampuan melakukan penalaran yang di tandai dengan kemampuan penggunaan data dan pengalaman secara konstruktif, berfikir rasional, dan penggunaan simbol –simbol abstrak.
Pembelajaran di SD di kelas rendah mencakup penguasaan ketrampilan dasar dan berupa baca tulis hitung, untuk di kembangkan di kelas-kelas selanjutnya. Ketrampilan dasarnya ketrampilan dalam hubungan dengan lingkungan sosial, lingkungan alam, dan kehidupan nilai dan sikap.

i. Perkembangan pembelajaran
8 Jenis pembelajaran dari Robert Gagne :

a.Pembelajaran melalui isyarat.
Pembelajaran merupakan hasil teori pelaziman klasik yang dikembangkan oleh Povlov. Perubahan anak terjadi karena perubahan isyarat sebagai suatu rangsangan yang merupakan tindak balas.

b. Pembelajaran stimulus-respons.
Pembelajaran ini hasil teori pelaziman operan yang di kembangkan oleh Skinner. Menurut teori ini seseorangakan belajar melalui rangkaian stimulus respons, yaitu respon akan di perkuat apabila memberikan kepuasan dan respon akan di perlemah kalau tidak memuaskan.

c. Pembelajaran melalui perantaian.
Pembelajaran ini akan terjadi suatu pola hubungan stimulus dan respon yang berkembang menjadi suatu urutan rangkaian tertentu. Suatu perilaku tertentu akan di ikuti oleh perilaku lain sehingga membentuk suatu perilaku yang bermakna.

d. Pembelajaran melalui asosiasi verbal.
Pembelajaran ini melalui perangkaian, hanya respon yang di berikan bukan dalam bentuk gerak melainkan dalam bentuk penggunaan bahasa sesuai dengan simbol- simbolnya.Jenis pembelajaran ini adalah membuat responmelalui pengungkapan dalam bentuk verbal ( kata-kata) pada saat menerima suatu rangsangan tertentu.

e. Pembelajaran Diskriminasi
Pembelajaran ini dituntut untuk mampu membedakan berbagai obyek, peristiwa dan sebagainya secara tepat.Misalnya antara warna biru dan hitam.

f. Pembelajaran Konsep.
Pembelajaran jenis ini merupakan pembentukan suatu konsep dengan mengabstraksikan berbgai ciri suatu obyek atau peristiwa tertentu sehingga memberikan makna yang lebih luas.


g. Pembelajaranmengikuti aturan
Pembelajaran ini merupakan hubungan antara dua, lebih suatu konsep. Contohnya : anak mengembangkan aturan “apabila air di panaskan, akan mendidih”
h.Pembelajaran melalui pemecahan masalah.
Pembelajaran pada taraf yang lebih tinggi karena menuntut berbagai konsep dan aturan tertentu dalam menghadapi masalah. Dalam pembelajaran ini anak akan belajar bagaimana memecahkan suatu masalah secara sistematis dengan menggunakan berbagai konsep dan aturan.                        

2.6 Proses Pengajaran yang Efektif
            Dalam lingkup mikro, pendidikan diwujudkan melalui proses pengajaran, baik di dalam atau di luar kelas.  Proses ini berlangsung melalui interaksi antara guru dengan siswa dalam situasi pengajaran yang bersifat edukatif (mendidik).  Melalui proses pengajaran ini siswa akan berkembang ke arah pembentukan manusia sebagaimana tersirat dalam tujuan pendidikan.  Agar pengajaran dapat berlangsung secara efektif,  maka guru harus mampu menciptakan proses pengajaran dalam suasana proses belajar dan pengajaran yang baik.  Berdasarkan karakteristik belajar anak SD sebagaimana dikemukakan dalam kegiatan belajar 2, maka dalam proses belajar mengajar, guru harus dapat mengembangkan proses pengajaran yang efektif.  Proses pengajaran yang efektif dapat terbentuk melalui pengajaran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Berpusat pada anak
            Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan,  siswa merupakan subjek utama.  Oleh karena itu, dalam proses pengajaran hendaknya siswa menjadi perhatian utama dari para guru.  Segala bentuk aktifitas hendaknya di arahkan untuk membantu perkembangan siswa.
            Keberhasilan proses belajar dan pengajaran terletak dalam perwujudan diri siswa sebagai pribadi mandiri, pelajar efektif, dan pekerja produktif.  Anak SD sedang berada pada masa perkembangan yang di tandai dengan adanya sejumlah tugas-tugas perkembangan. Pendidikan di SD  hendaknya membantu siswa SD agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya secara efektif.  Sebagaimana telah di bahas dalam modul 7, anak SD mempunyai karakteristik tertentu dalam segi fisik, taraf berpikir,  sosial, moral bahasa , kepribadian, dsb.  Semuanya itu harus dijadikan dasar rujukan dalam mengembangkan kegiatan belajar mereka agar semua kegiatan berpusat pada anak.

b. Interaktif edukatif antara guru dengan anak.
            Dalam proses belajar hendaknya terjalin hubungan yang bersifat edukatif atau mendidik dan mengembangkan.  Guru tidak hanya sekedar penyampai bahan yang harus dipelajari, akan tetapi sebagai figure yang dapat  merangsang perkembangan pribadi siswa.  Guru juga di harapkan menjadi figure keteladanan dalam berbagai hal.  Interaksi antara guru  dengan siswa hendanya berdasarkan sentuhan-sentuhan psikologis yaitu adanya saling pemahaman antara guru dengan siswa.  Rasa percaya diri dapat di tumbuhkan dalam suasana seperti itu.
            Bagi anak,  terutama pada kelas-kelas rendah , bermain merupakan bagian dari kehidupan mereka yang dapat memberikan rasa senang dan menunjang perkembangan.  Oleh karena itu,  kegiatan belajar handaknya dapat dipadukan dengan kegiatan bermain dalam bentuk belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar.  Bermain dapat dijadikan sebagai metode mengajar  dalam berbagai  mata pelajaran tertentu.  Selanjutnya  suasana belajar-mengajar hendaknya di ciptakan sedemikian rupa agar menimbulkan suasana yang  menyenangkan  sehingga menggairahkan anak untuk belajar.

c. Suasana demokratis.
            Suasana dalam kelas yang bersifat demokratis akan banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih mewujudkan dan mengembangkan hak dan kewajibannya.  Suasana ini dapat di kemgangkan dalam proses pengajaran melalui  hubungan guru dengan siswa.  Dalam suasana demokratis,  semua pihak memperolah penghargaan sesuai dengan prestasi dan potensinya sehingga dapat memupuk rasa percaya diri, dan pada gilirannya dapat  berinovasi  dan berkreasi sesuai dengan kemampuan masing-masing.  Seperti halnya kegiatan bermain, kehidupan berkelompok juga merupakan ciri kehidupan anak.  Dalam hubungan ini kegiatan belajar hendaknya dapat diciptakan melalui kehidupan kelompok dalam berbagai bentuk.  Kehidupan dalam kelompok dapat memberikan pengalaman belajar yang sebaik-baiknya.  Misalnya belajar dalam kelompok, melakukan kerja kelompok,  untuk tugas-tugas tertentu.  Pada kelas-kelas yang lebih tinggi  anakdapat diberi tugas untuk melakukan diskusi kelompok dalam membaas suatu masalah tertentu.  Suasana seperti itu dapat menumbuhkan suasana kehidupan yang demokratis sehingga setiap anak memperolah pengalaman belajar dalam mengembangkan dirinya.

d. Variasi metode mengajar
            Metode mengajar yang di gunakan guru hendaknya bervariasi sesuai dengan tujuan dan bahan yang di ajarkan.  Dengan metode mengajar yang bervariasi, guru tidak mengajar hanya dengan satu metode saja melainkan berganti-ganti sesuai dengan  keperluannya.  Suasana ini akan membuat siswa lebih senang bersemangat dalam belajar, sehingga dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik.
            Sebagaimana dikemukakan dalam kegiatan 2, bahwa anak SD belajar mulai dari yang sederhana kemudian berkembang ke yang lebih  kompleks dan dari yang bersifat menyeluruh  ke yang bersifat bagian-bagian.  Oleh karena itu pada kelas-kelas rendah metode mengajar dirancang agar anak dapat belajar dengan cara-cara yang sederhana dan menyeluruh.   Pada kelas-kelas yang lebih tinggi anak belajar hal-hal yang lebih kompleks dengan menggunakan metode mengajar yang merangsang anak untuk berfikir analitis dan  pemecahan masalah.

f. Guru professional
            Proses belajar mengajar yang efektif hanya mungkin terwujud apabila dilaksanakan oleh guru profesiaonal atau didasari jiwa profesionalisme yang tinggi.  Guru professional ialah guru yang memiliki keahlian yang memadai,  rasa tanggung jawab  yang tinggi,  serta memiliki rasa kebersamaan dengan teman sejawatnya.  Mereka mampu melaksanakan fungsi-fungsinya segagai pendidik yang bertanggung jawab mempersiapkan siswa bagi peranannya di masa depan.  Dengan jiwa profesionalisme, guru mencintai pekerjaannya dan melaksanakannya dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab.

g. Bahan yang sesuai dan bermanfaat
            Bahan yang di ajarkan adalah bersumber dari kurikulum yang telah di tetapkan secara baku.  Tugas guru ialah mengolah bahan pengajaran menjadi sajian yang dapat dicerna oleh siswa secara tepat dan bermakna.  Untuk itu bahan yang di ajarkan hendaknya sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungannya sehingga memberikan makna dan faedah bagi siswa.  Dengan bahan yang dirasakan sesuai dan bermanfaaat, siswa akan melakukan aktifitas pembelajaran dengan lebih bergairah.  Karena proses belajar anak SD merupakan landasan bagi prosses belajar pada tingkat pendidikan selanjutnya,  maka hendaknya selalu disadari bahwa proses belajar-mengajar di SD harus menghasilkan keterampilan-keterampilan dasar.  Keterampilan dasar itu meliputi keterampilan membaca, menulis berhitung.  Ketiga keterampilan dasar itu harus dimulai sejak awal pada kelas-kelas rendah.

h. Lingkungan yang kondusif
            Pendidikan di sekolah dan diluar sekolah tidak boleh dilepaskan dari lingkungannya.  Oleh karena itu keberhasilan suatu pendidikan akan banyak di tentukan oleh keadaan lingkungannya .  Lingkungan yang kondusif ialah lingkungan yang dapat menunjang bagi proses belajar mengajar secara efektif.  Dalam hubungan ini di harapkan  guru mampu membina kerjasama dengan pihak luar sekolah khusunya dengan keluarga.  Kehidupan anak SD masih sangat dekat dengan lingkungan terutama lingkungan keluarga dan sekitarnya.  Dalam hubungan ini proses belajar mengajar hendaknya senantiasa terkait dengan lingkungan anak.  Cara mengajar dan materi pelajaran hendaknya mempunyai kesesuaian dengan dunia anak.  Contoh-contoh yang di berikan sebaiknya tidak terlepas dari suasana kehidupan di lingkungan mereka.  Dengan demikian, maka transisi anak dari lingkungan rumah ke lingkungan sekolah  tidak menimbulkan gangguan dalam perkembangan anak.  Metode  karyawisata antara lain merupakan salah satu metode dalam mambantu anak mengenal lingkungan. 

i. Sarana belajar yang menunjang.
            Proses belajar dan pengajaran akan berlangsung secara efektif apabila di tunjang dengan sarana yang baik.  Sarana tersebut adalah berupa alat bantu mengajar, laboratorium, aula, lapangan olah raga, perpustakaan, dsb.
            Atas dasar kemampuan berfikirnya, anak masih berada dalam taraf  berfikir intuitif dan konkret.  Dalam setiap berbagai kesempatan mengajar,  kegiatan belajar hendaknya di mulai dari hal-hal yang konkret dan sesuai dengan lingkungan anak.  Dalam hubungan ini penggunaan alat peraga memegang peranan yang amat penting dalam membantu anak mengembangkan taraf berfikirnya.  Alat peraga itu dapat berupa benda atau objek asli,  kegiatan langsung, atau dapat pula dalam bentuk gambar, model , dsb.

2.7 Langkah-langkah Pengajaran
            Dalam menerapkan karakteristik belajar anak SD dalam proses pengajaran di sekolah, sekurang-kurangnya ada dua tahapan yang harus di lakukkan guru yaitu membuat  perencanaan pengajaran dan melaksanakan pengajaran.  Dalam merencanakan pengajaran, tujuan pengajaran hendaknya merupakan titik tolak awal dalam mengembangkan  materi yang akan di ajarkan yang kemudian di pertimbangkan berdasarkan waktu, metode, dan sarana yang diperlukan.  Tujuan pengajaran pada dasarnya adalah berupa perubahan perilaku anak yang di harapkan akan terwujud setelah melalui proses belajar-mengajar.  Faktor kondisi anak juga harus merupakan  pertimbangan utama.
            Peristiwa pengajaran pada dasarnya merupakan suatu rangsangan bagi anak untuk melakukan kegiatan belajar.  Kegiatan ini berlangsung dalam suatu proses mengikuti tahapan-tahapan tertentu, dengan hasil belajar tertentu, dan berlangsung dalam kondisi tertentu pula.
            Berikut ini akan dikemukakan urutan delapan langkah pokok peristiwa pengajaran berdasarkan tahapan dan kondisi proses belajar.  Dalam prakteknya kedelapan urutan langkah itu tidak mutlak harus seperti itu akan tetapi disesuaikan dengan kondisi yang ada. 
            Kedelapan langkah pokok proses pengajaran itu adalah sebagai berikkut:
a. Membangkitkan motivasi
            Motivasi merupakan kondisi internal sebagai pendorong pada diri anak untuk melakukan kegiatan belajar.  Motivasi akan menentukan arah dan intensitas (kekuatan) perilaku dalam kegiatan  belajar.  Dengan motivasi yang kuat  anak akan lebih terarah dan lebih kuat tindakan belajarnya.  Oleh karena itu,  membangkitkan motif anak merupakan langkah awal  yang harusdilakukan oleh guru agar anak memiliki kesiapan dalam melakukan kegiatan belajar.  Banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam membangkitkan motif ini,  antara lain dengan mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan perhatian anak.  Contohnya dalam pelajaran IPA, dengan pokok bahasan mengenai “binatang yang hidup di air”,  guru dapat memulai  pelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti : “ Siapa diantara Anda yang punya kolam?’. “Siapa yang suka makan ikan?”. “Dimana ikan hidup”, dsb. Cara lain adalah dengan mengembangkan minat atau rasa senang pda diri anak, misalnya dengan nyanyian, tari-tarian, dsb.  Guru yang efektif adalah yang mampu menciptakan suasana menyenangkan sehingga anak tertarik untuk belajar.

b. Menyampaikan tujuan pengajaran.
            Sebagai cara lain  ukntuk membangkitkan motivasi anak dalam belajar adalah dengan menjelaskan tujuan pengajaran yang berupa kemampluan yang di harapkan dapat di capai oleh anak.  Setelah anak mulai siap untuk belajar, guru sebaiknya memberitahukan kepada anak kemampuan apa yang diharapkan dapat dikuasai paa akhir kegiatan belajar.  Dengan cara ini akan mengetahui hasil dari lperbuatan belajar yang akan mereka lakukan ,  sehingga  mereka  lebih terdorong .  Misalnya apabila guru akan menjelaskan tentang mikroskop sebagai alat untuk melihat benda-benda kecil ( termasuk mikroorganisme ) , guru dapat menceritakan kepada anak-anak  apabila pelajaran telah selesai, anak –anak dapat melihat bakteri-bakteri dalam air kotor dengan menggunakan mikroskop.  Contoh dalam pelajaran  matematik misalnya guru mengatakan kepada anak bahwa pada akhir pelajaran anak-anak dapat menghitung pembagian dan perkalian.


c. Mengarahkan perhatian
            Langkah selanjutnya dalam pengajaran adalah mengarahkan perhatian anak kepada rangsangan yang menjadi bagian dari materi dan kegiatan belajar.  Perhatian merupakan peningkatan aktifitas arah perilaku dalam menghadapi suatu rangsangan tertentu.  Dalam kegiatan suatu tindakan.  Pembelajaran jenis ini banyak dilakukan pada kelas-kelas awal dalam pembentukan kebiasaan.

d. Pembelajaran stimulus-respons
Pembelajaran jenis ini merupakan hasil teori pelaziman operan(operant conditioning)
Yang dikembangkan oleh Skinner.  Menurut teori ini seseorang akan belajar melalui rangkaian stimulus respon, yaitu respon akan diperkuat  apabila memberikan kepuasan, dan respon akan diperlemah kalau tidak memuaskan.  Misalnyaseorang siswa menjadi rajin belajar karena memperoleh  pujian,  dan tidak mengulangisuatu pelanggaran karena telah memperolah hukuman.  Dalam pembelajaran jenis ini, hukuman dan ganjaran memegang peranan yang penting dalam penguatan atau pelemahan suatu perilaku sebagai respon terhadap suatu rangsangan.

e. Pembelajaran melalui perantaian
Dalam jenis ini akan terjadi suatu pola hubungan stimulus dan respon yang berkembang  menjadi suatu urutan  rangkaian tertentu.  Suatu perilaku tertentu akan diikuti oleh perilaku lain sehingga membentuk suatu erilaku yang bermakna.  Misalnya perilaku membuat gambar,  serangkaian perilaku adalah memilih kertas, memilih alat tulis dan gambar,  mulai menggambar, dan menampilkan hasilnya.  Contoh lain mengerjakan suatu soal matematika pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan matematika misalnya menambah, mengurangi, mengali, dsb.

f. Pembelajaran melalui asosiasi verbal
Jenis ini hamper sama dengan jenis ketiga di atas  yaitu melalui perangkaian, hanya respon yang di berikan bukan dalam bentuk gerak melainkan dalam bentuk penggunaan  bahasa sesuai dengan symbol-simbolnya.  Anak-anak di tuntut untuk memberikan respon dalam bentuk kata-kata yang bermakna sesuai dengan rangsangan yang di terimanya.  Dengan perkataan lain, jenis pembelajaran ini adalah membuat respon melalui pengungkapan  dalam bentuk verbal (kata-kata) pada saat menerima suatu rangsangan tertentu.  Misalnya belajar menyebut perkataan “gajah” pada saat di perlihatkan gambar gajah.  Dalam bentuk yang lebih berkembang jenis belajar ini dilakukan dalam pelajaran bahasa.


g. Pembelajaran diskriminasi
Dalam jenis ini anak di tuntut untuk mampu  membedakan berbagai objek, peristiwa, dsb.  Secara tepat.  Misalnya membedakan antara warna biru dengan hitam, membedakan antara ayam jantan dan ayam betina, membedakan antara laki-laki dan perempuan , dsb.

h. Pembelajaran konsep
Pembelajaran jenis ini merupakan proses pembentukan suatu konsep dengan mengabstrasikan berbagai cirri suatu subjek atau peristiwa tertentu sehingga memberikan makna yang lebih luas.  Misalnya konsep “lingkaran” mempunyai ciri-ciri  konsep lain seperti “segi empat”.  Penguasaan konsep  sangat diperlukan untuk proses berfikir dalam  memecahkan suatu masalah.

i. Pembelajaran mengikuti aturan
Aturan merupakan hubungan antara dua atau lebih cirri-ciri dalam suatu konsep.  Misalnya setelah anak mengenal konsep “cerdas”, “rajin”,dan “pandai” maka di harapkan anak dapat membuat suatu aturan yang berbunyi “biasanya  anak yang cerdas dn rajin akan plandai dalam belajarnya”.  Contoh lain misalnya anak dapat mengembangkan suatu aturan “apabila air di panaskan, akan mendidih”.

j. Pembelajaran melalui pemecahan masalah
Jenis ini merupakan pembelajaran pada taraf yang lebih tinggi karena menuntut penguasaan berbagai konsep dan aturan tertentu dalam menghadapi masalah.  Dalam pembelajaran jenis ini anak akan belajar bagaimana memecahkan suatu masalah secara sistematis dengan menggunakan berbagai konsep dan aturan.  Jenis ini banyak dilakukan oleh anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi sejalan dengan perkembangan kognitif dalam taraf berpikir formal operasional.











BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian sebagai mana dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
  1. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku.
  2. Tahapan proses belajar salaing berkaitan satu dengan yang lain.
  3. dalam proses pembelajaran anak SD di tandai dengan pembentukan pola dasar pembelajaran.
  4. Proses pembelajaran anak SD akan menghasilkan penguasaan ketrampilan dasar sebagai alat berfikir primer yang mencapai penalaran rasional yaitu sekunder.
5.      Proses pembelajaran anak SD berjalan dengan perkembangan lingkungan mulai lingkungan keluarga kemudian berkembang di lingkungan bermain dan lingkungan sekolah.
  1. Kegiatan pembelajaran anak SD tidak dapat di pisahkan dari kegiatan bermain yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia anak.
  2. Setiap tahapan perkembangan menuntut kwalitas tertentu, sehingga proses belajar sesuai dengan tahapan –tahapan perkembagan anak.
  3. Proses belajar di Sekolah Dasar sangat diperlukan dalam berbagai lembaga sekolah karena dapat mencapai sasaran yang optimal.
3.2 Saran
            Hasil makalah ini dapat dikembangkan bagi kepentingan pembelajaran di sekolah dasar dan para calon pendidik / mahasiswa PGKSD, serta dapat di kembangkan di berbagai sekolah maupun lembaga pendidikan lainnya .










DAFTAR PUSTAKA


H. M. Surya, 2001. Kapita Selekta Kependidikan SD,: Cetakan keempat,               Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Amir Awang, 1986. Teori-teori Pembelajaran, Petaling Jaya; Siri Pendidikan,      Fajar Bakti Sdn. Bhd.

Darji Darmodiharjo, 1982. Petunjuk Tentang Pelaksanaan Pengembangan Sekolah Sebagai Pusat Kebudayaan dan Peningkatan Ketahanan Sekolah, Jakarta, Depdikbud 1982.
















Komentar

  1. terimakasih, maaf aku minta untuk dibaca, semoga sampian dapat kemudahan dalam segala urusan aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Permainan Bola Besar

TUGAS AKHIR PROGRAM

WISATA PULAU BALI DAN LAPORAN PERJALANAN WISATA